Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelestari Belimbing Demak

Kompas.com - 11/01/2011, 09:31 WIB

KOMPAS.com - Pada era kejayaan Kerajaan Demak Bintoro, belimbing (Averhoa carambola) menjadi salah satu tanaman dan buah favorit yang ditanam di Demak, Jawa Tengah. Penanaman itu tidak dalam bentuk budidaya di kebun atau lahan luas, tetapi di pekarangan rumah, bahkan di tepian jalan desa.

Tak heran jika beredar cerita, konon Sunan Kalijaga, salah seorang Wali Songo, pun sempat menciptakan tembang Jawa berdasarkan inspirasi buah belimbing. Dalam tembang Lir-ilir itu terdapat syair, ”... Cah angon-cah angon, penekno belimbing kuwi. Lunyu-lunyu penekno, kanggo mbasuh dodot iro... ” (anak-anak gembala panjatlah pohon belimbing itu. Meskipun licin tetap panjatlah…)

Sejarah belimbing di Demak memang demikian panjang. Pada 1980-an, belimbing demak mencapai puncak kejayaan. Belimbing tak hanya ditanam di halaman rumah, tetapi lahan luas pun disulap menjadi ”hutan” belimbing. Masyarakat sebagian besar mengandalkan kehidupannya kepada buah belimbing.

Namun seiring perjalanan waktu, pada pertengahan 1990-an tanaman belimbing yang berjumlah 71.500 pohon, kini tinggal 20 persen. Itu pun buahnya jarang diperjualbelikan sehingga kalah bersaing dengan belimbing dari Blitar, Jawa Timur.

Buah belimbing pun semakin meredup dengan kehadiran buah-buahan lain. Namun, di antara waktu itulah Karmono dan Ramisyah, pensiunan penilik sekolah dan guru sekolah dasar, berperan. Menyimak nasib belimbing di wilayahnya yang makin tidak populer, mereka tergerak melestarikan belimbing demak. Suami-istri asal Desa Betokan, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak, ini mencoba mempertahankan budidaya belimbing di tengah gempuran jambu air demak yang dikenal sebagai jambu merah delima dan citra.

Jambu yang semula merupakan tanaman seling pohon belimbing, seiring berjalannya waktu mulai menggantikan belimbing. Dinas Pertanian Kabupaten Demak mencatat, tahun 2010 terdapat 127.109 pohon jambu, 86.367 merupakan tanaman produktif.

”Perawatan belimbing yang sulit dan buah yang lebih sedikit membuat jambu diunggulkan,” kata Karmono.

Semula, Karmono sempat tergiur dengan gebrakan jambu air yang mampu meningkatkan penghasilan petani buah. Pohon jambu dalam setahun bisa berbuah tiga kali, dengan produksi 3.000-6.000 buah (300-600 kilogram). Sedangkan pohon belimbing dalam setahun hanya dua kali berbuah, dengan produksi 200-400 buah (40-80 kg).

Tak heran jika pohon belimbing yang semula berjumlah 200 pohon, pada akhir 2005 hanya tersisa 30 pohon. Banyak tetangga Karmono yang tidak lagi membudidayakan belimbing. ”Tugu desa yang semula berbentuk patung belimbing, sekarang berganti menjadi patung jambu air,” ujar Karmono.

Sebelum belimbing demak telanjur punah, Karmono dan Ramisyah berkomitmen untuk mengembangkan kembali tanaman buah tersebut, walaupun belum bisa sebanyak masa jayanya dulu. Belimbing merupakan tanaman yang dibudidayakan dan menghidupi keluarga mereka turun-temurun, setidaknya sudah empat generasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com