KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok kembali mendapatkan tanda cinta dari penggemarnya. Setelah karangan bunga, kini dia mendapatkan balon.
Baca: Pendukung Ahok Bawa 10.000 Balon ke Balai Kota
Sekilas kiriman balon tak masalah. Lalu, kalau ada yang mempermasalahkan, maka orang itu akan dituduh hater. Tapi tahukah Anda? Balon tanda cinta bagi Ahok itu mungkin jadi bencana untuk lingkungan.
10.000 balon yang dikirim kepada Ahok pada Senin (8/7/2017) pada akhirnya menjadi sampah yang sulit terurai dan berpotensi membunuh hewan-hewan di sekitar kita.
"Balon gas, apalagi yang nitrogen, awalnya memang akan terbang tapi pada suatu titik akan meledak dan pecahannya akhirnya turun lagi ke permukaan," kata Rahyang Nusantara dari Greeneration Indonesia.
"Pecahan itu bisa jatuh di mana saja tanpa kita ketahui. Bisa jatuh ke laut atau sungai dan akhirnya dimakan oleh hewan liar," imbuhnya ketika dihubungi Kompas.com, Senin.
Baca Juga: Riset Ungkap Kenyataan Menyedihkan tentang Sampah Plastik Indonesia
Balon terbuat dari bahan lateks yang sulit terurai lingkungan. Ada balon yang diklaim "biodegradable" tetapi nyatanya masih butuh waktu bertahun-tahun untuk terurai.
Jika sampai termakan, balon akan menjadi materi yang sulit dicerna. Jika berakhir di lingkungan, balon bisa menjerat beragam burung dan reptil yang melata.
Dampak buruk balon bagi lingkungan bukan hanya bualan. Sejumlah foto yang termuat di balloonblow.org ini menunjukkannya.
Sementara itu, situs One Green Planet menyarankan, dukungan bisa dilakukan dengan meniupkan gelembung. Jika dilakukan banyak orang sekaligus, gelembung akan menimbulkan efek yang sama dramatisnya dengan balon.
Balon untuk tujuan lain, misalnya ulang tahun dan ucapat selamat, bisa diganti dengan penanaman jenis pohon tertentu.
Lampion dan pelepasan kupu-kupu sebaiknya dihindari. Lampion tetap berbahaya. Sementara kupu-kupu, jika tidak berasal dari lokasi yang sama, akan menjadi spesies invasif.
Baca Juga: Ulat Ini Berpotensi Selamatkan Dunia dari Ancaman Terbesar