KOMPAS.com - Hingga Selasa (11/2/2020), hasil monitoring BMKG terhadap aktivitas gempa susulan (aftershocks) di Ambon masih terus dilakukan.
Selasa kemarin (11/2/2020) juga terjadi gempa berkekuatan M 3,2 yang dirasakan dalam skala intensitas II MMI di Kecamatan Kairatu. Gempa tersebut terjadi pada pukul 9.30.14 WIB.
Secara keseluruhan, BMKG mencatat sejak 26 September 2019 di Ambon telah terjadi gempa susulan sebanyak 3.089 kali dan 337 kali di antaranya gempa susulan yang dirasakan guncangannya oleh masyarakat.
Baca juga: Zona Aktif Gempa Masih Berlangsung Sampai Februari, Ini Evaluasi BMKG
Kepala Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, hasil monitoring BMKG terkini menunjukkan bahwa baik magnitudo dan frekuensi gempa Ambon sudah menurun.
Data menunjukkan gempa susulan berkekuatan M 5,0 terakhir di Ambon terjadi pada 12 November 2019, sedangkan gempa susulan berkekuatan M 4,0 terakhir terjadi pada 6 Desember 2019.
"Berdasarkan fakta data tersebut di atas, tampak bahwa sejak awal Desember 2019 di Ambon hanya terjadi aktivitas gempa kecil berkekuatan M 3,0. Tetapi karena kedalamannya sangat dangkal dan relatif dekat pemukiman penduduk, maka masyarakat dapat dirasakan guncangannya," jelas Daryono.
Saking dangkalnya hiposenter, gempa dengan kekuatan M 2,0 pun di Ambon dapat dirasakan.
Bahkan gempa terkecil yang pernah terjadi dan dapat dirasakan di Ambon memiliki kekuatan M 1,6 yang berpusat di Teluk Ambon pada 7 Oktober 2019.
Seperti halnya di Lombok, hingga saat ini di Ambon sudah memasuki periode post seismik.
Fase post seismik merupakan tahapan proses gempa bumi, di mana sisa-sisa energi gempa dilepaskan sampai tercapainya kesetimbangan baru sebagai permulaan cycle baru dari gempa bumi.
Namun demikian gempa susulan berkekuatan kecil masih berpotensi terjadi.
Aktivitas gempa susulan yang terjadi di Ambon termasuk fenomena langka.
Menurut Daryono, hal ini dikarenakan gempa utama (mainshock) yang "hanya" berkekuatan M 6,5 tetapi diikuti oleh serangkaian gempa susulan (aftershocks) yang jumlahnya sangat banyak.
Ada beberapa sebab mengapa gempa susulan di Ambon sangat banyak.
1. Adanya triggered off-fault seismicity
Triggered off-fault seismicity yaitu munculnya aktivitas gempa-gempa yang jumlahnya banyak karena terpicu di jalur sesar yang berada di luar bidang sesar gempa utama.
"Jika kita mencermati sebaran aktivitas Gempa Ambon tampak bahwa aktivitas gempanya tidak hanya terjadi di zona sesar utama saja, tetapi tersebar pada beberapa klaster dalam wilayah yang luas," katanya.
Saat terjadi gempa utama pada 26 September 2019, ternyata gempa ini sanggup memicu aktifnya beberapa percabangan sesar (fault splay) dan segmen sesar lain yang ada di sekitar sesar utama.
Sehingga zona aktivitas gempa menjadi semakin meluas dan gempa terus terjadi di berbagai segmen aktif.
Hasil relokasi episenter gempa susulan menggunakan data BMKG yang terpilih sebanyak 537 gempa susulan menunjukkan adanya beberapa kluster episenter.
Kluster utama adalah klaster aktivitas gempa susulan produk sesar utama yang mencakup di dalamnya episenter gempa utama.
Klaster ini paling aktif berarah hampir selatan-utara dan terletak di antara Ambon dan Haruku dengan episenter dominan terletak di laut.
Sementara itu, klaster sekunder adalah klaster aktivitas gempa susulan yang tersebar di luar klaster utama. Klaster ini berada di Pulau Ambon, Kairatu, dan selatan Haruku.
2. Kondisi batuan
Kondisi batuan di zona gempa Ambon memiliki karakteristik rapuh (brittle) dan tidak elastis (ductile) sehingga mudah mengalami rekahan (rupture) yang menyebabkan terjadinya banyak aktivitas gempa susulan.
3. Gempa Ambon memiliki stress drop rendah
Berdasarkan beberapa hasil penelitian, gempa dengan stress drop rendah cenderung akan memproduksi gempa susulan yang lebih banyak.
Hasil pemetaan sebaran pusat gempa susulan oleh BMKG, selain dapat menjawab adanya fenomena banyaknya aktivitas gempa yang terpicu di luar bidang sesar utama, juga memberi petunjuk keberadaan sesar aktif baru.
"Aktivitas gempa merupakan penanda aktifnya sebuah sesar," terang Daryono.
Sebaran gempa susulan menunjukkan bidang rekahan batuan (rupture).
Jika sebaran pusat gempa membentuk pola kelurusan, maka ini merupakan salah satu indikasi adanya sesar aktif.
Sebaran aktivitas gempa susulan di Ambon pada kluster utama dengan pola kelurusan yang hampir berarah selatan-utara yang terletak di antara Ambon dan Haruku mencerminkan adanya aktivitas sesar aktif di antara Ambon dan Haruku dengan panjang diperkirakan sekitar 42 kilometer.
Baca juga: Memahami Gempa Bengkalan, Lindu Dalam yang Berpusat di Utara Madura
Untuk mengidentifikasi strukturnya, maka perlu dilakukan upaya identifikasi struktur sesar di dasar laut antara Ambon dan Haruku.
Identifikasi sesar aktif ini sangat penting untuk menyusun peta sesar aktif baru yang nantinya dijadikan sebagai acuan kajian bahaya dan risiko gempabumi dan tsunami di Ambon dan sekitarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.