KOMPAS.com - Aurora jenis baru dengan pola cahaya tak biasa dan tak pernah diketahui sebelumnya didokumentasikan di Finlandia.
Pengumuman itu disampaikan oleh tim kolaborasi antara fisikawan dan pengamat bintang amatir.
Tim menamai aurora ini "The Dunes" atau bukit pasir. Menurut pengamatan mereka, aurora bukit pasir memiliki gelombang seperti pasir bertumpuk yang unik.
Dalam laporan pengamatan yang terbit di jurnal AGU Advances edisi Selasa (28/1/2020), ditulis bahwa penemuan aurora bukit pasir bisa dibilang tak disengaja.
Baca juga: Raffi dan Nagita Lihat Aurora, Bagaimana Sih Cahaya Utara Ini Tercipta?
Ini bermula ketika ahli fisika komputasi bernama Minna Palmroth dari Universitas Helsinki menulis buku tentang aurora borealis (cahaya di utara).
Saat itu, perhatiannya teralih ke gambar aurora dengan pola bertumpuk, yang kini dinamai bukit pasir.
Menurut Palmroth, aurora bukit pasir memiliki bentuk berbeda dengan jenis aurora yang selama ini diketahui. Aurora itu ada di langit Finlandia.
Tak lama setelah buku Palmroth terbit, anggota komunitas pengamat bintang amatir dari Finlandia mencari aurora tersebut dan memotretnya.
Mereka kemudian mengirim gambar itu ke Palmroth dan koleganya agar bisa diselidiki bersama.
"Salah satu momen paling berkesan dari kolaborasi penelitian kami adalah, saat fenomena aurora bukit pasir muncul di waktu tertentu dan kami mengamatinya secara langsung," ujar pehobi astronomi, Matti Helin, yang ikut dalam penelitian seperti dilansir Science Alert, Rabu (29/1/2020).
"Rasanya seperti menyusun puzzle atau sedang melakukan pekerjaan detektif. Setiap hari kami menemukan gambar baru," imbuh dia.
Baca juga: Teleskop Hubble Rekam Aurora Saturnus dari Dekat, Seperti Apa?
Menurut pengamatan para peneliti, aurora bukit pasir muncul di ketinggian 100 kilometer, di hulu mesosfer. Aurora ini dapat terlihat di dua tempat berbeda, yakni Finlandia dan Swedia.
Fenomena ini, yang telah direkam tujuh kali secara terpisah, diduga menjadi contoh dari apa yang disebut "bore mesosfer", bermanifestasi ketika gelombang atom oksigen di atmosfer berinteraksi dengan angin matahari yang menghasilkan cahaya seperti gundukan pasir.
"Kami mengaitkan bukit pasir dengan osilasi kepadatan oksigen, memberikan variabilitas terhadap emisi auroral dari variabilitas target eksitasi di atmosfer," tulis para penulis dalam makalah mereka.
"Sementara bukti tidak cukup bagi kita untuk menyimpulkan tanpa keraguan bahwa bukit pasir bukanlah manifestasi dari variasi dalam presipitasi auroral. Kami berpendapat, mereka lebih menunjukkan bahwa itu adalah hasil dari gelombang atmosfer," jelasnya.
Di luar penjelasan ilmiah tersebut, penemuan aurora bukit pasir adalah bukti bahwa semua orang dapat terlibat dalam penelitian sains. Misalnya membantu menyelidiki fenomena unik, seperti temuan aurora bukit pasir ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.