Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/01/2020, 19:02 WIB

KOMPAS.com - Mekanisme biologis dari kemunculan uban telah lama jadi misteri. Ada anggapan kalau stres akan menyebabkan rambut putih alias uban cepat muncul. Tapi apakah benar demikian?

Untuk pertama kalinya, para ilmuwan di Universitas Harvard punya penjelasannya. Peneliti menyebutkan, meski sebagian besar uban disebabkan oleh proses penuaan alami dan gen, ternyata stres juga memang punya peran.

"Kami sekarang tahu bahwa stres bertanggung jawab atas perubahan khusus pada kulit dan rambut. Termasuk juga bagaimana cara kerjanya," kata Ya-Cieh Hsu, penulis penelitian dari Universitas Harvard, seperti dikutip dari BBC, Rabu (22/1/2020).

Baca juga: Bukan Cuma Makanan, Stres Juga Bisa Bikin Sakit Lambung

Hasil tersebut didapat setelah peneliti melakukan serangkaian tes pada tikus. Peneliti ingin melihat bagaimana stres mempengaruhi stem cell dalam folikel rambut yang bertanggung jawab membuat melanosit, sel penghasil pigmen rambut.

Tikus lantas ditempatkan dalam kondisi laboratorium yang penuh tekanan. Hal tersebut memicu pelepasan adrenalin dan kortisol, membuat jantung berdetak lebih cepat serta tekanan darah meningkat yang pada akhirnya mempengaruhi sistem saraf dan stres akut.

Selanjutnya, proses tersebut mempercepat penipisan stem cell yang menghasilkan melanin dalam folikel rambut. Tikus dengan stem cell yang telah rusak karena stres kemudian bulunya berubah menjadi putih dalam beberapa minggu.

Namun sayangnya rambut yang telah memutih tersebut tidak bisa kembali seperti sedia kala. Sebab semua sel punca yang bertugas untuk meregenerasi pigmen menghilang.

Baca juga: Studi: Ibu Hamil Dilarang Stres, Picu Gangguan Kepribadian pada Anak

Dalam percobaan lain, peneliti menyebut kalau munculnya uban bisa dicegah dengan memberikan tikus anti-hipertensi untuk mengobati tekanan darah tinggi.

Peneliti juga mengungkap kalau menekan protein Cyclin-Dependent Kinase (CDK) dapat mencegah perubahan warna bulu.

Temuan tersebut selain memberikan gambaran bagaimana stres dapat mempengaruhi banyak bagian tubuh juga sekaligus membuka peluang untuk menunda timbulnya uban dengan beberapa intervensi.

Meski begitu, studi yang telah diterbitkan dalam jurnal Nature ini masih merupakan penelitian awal dan perlu studi lanjutan lagi bila di kemudian hari diterapkan pada manusia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber BBC,REUTERS
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com