Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/01/2020, 07:47 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kemajuan teknologi telah dimanfaatkan untuk mengembangkan terapi sel yang tidak memiliki risiko trombus dan stroke.

Trombus terjadi ketika ada penggumpalan darah pada dinding pembuluh darah atau jantung.

Hal itu dikarenakan, meski telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa terapi sel punca atau stem cell membantu memperbaiki kerusakan sel di tubuh, di sisi lain kekhawatiran terhadap risiko trombus dan stroke tetap ada.

Klinik Hayanda dan HayandraLab mengenalkan terapi regenerasi sel baru berupa terapi Stromal Vascular Fraction (SVF).

Terapi SVF ini telah banyak digunakan di sejumlah negara maju, sebagai alternatif terapi pada kasus-kasus yang membutuhkan regenerasi sel tanpa khawatir risiko trombus dan stroke.

Baca juga: Klinik Suntik Stem Cell Digerebek, Apa Itu Sel Punca?

Namun, kata Pendiri Yayasan Hayandra Peduli, sekaligus Doktor Biomedik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr dr Karina SpBP-RE, terapi SVF di luar negeri sangatlah mahal dan berbeda dengan setiap karakter darah orang Indonesia.

"Jadi, SVF yang kami kembangkan ini konsepnya memang sudah dipakai oleh beberapa negara. Tapi kita punya teknik sendiri, dan tekniknya inilah yang membuat efisien dan telah kami patenkan, juga skala internasional," Karina dalam acara bertajuk Penemuan Terbaru Dunia Medis: Terapi Sel untuk Peremajaan Kulit dan Sistem Imun, Jakarta, Selasa (21/1/2020).

Apa itu terapi SVF?

SVF merupakan kumpulan sel, hasil pengolahan lemak yang diambil dari tubuh pasien itu sendiri dengan cara sentrifugasi dan pelepasan ikatan antar sel dengan enzim.

Dipaparkan Karina, kumpulan sel dalam SVF mengandung beberapa jenis stem cell atau sel punca seperti fibroblas, sel proginetor, sel-sel darah, dan sel-sel imunitas yang semuanya berguna untuk tubuh kita.

"Meskipun sama-sama terapi yang memanfaatkan sel atau regenerasi sel, SVF berbeda dengan stem cell," kata dia.

Perbedaan stem cell dengan SVF

Karina mengingatkan bahwa meskipun stem cell dan SVF merupakan terapi sel, tetapi keduanya adalah terapi yang berbeda.

Berikut beberapa perbedaan antara SVF dan stem cell:

  1. Menurut Karina, SVF didapatkan dari jaringan lemak pasien itu sendiri tanpa proses kultur atau pembiakan. Sebaliknya, stem cell didapatkan harus melalui proses kultur terlebih dahulu.
  2. SVF dikatakan mengandung banyak jenis sel, termasuk beberapa jenis stem cell yang saling bersinergi untuk proses perbaikan jaringan atau organ tubuh. Sedangkan, stem cell hanya terdiri dari satu jenis sel yaitu stem cell itu sendiri.
  3. Waktu yang dibutuhkan untuk proses terapi SVF adalah 2-3 jam. Sementara stem cell, pada pelaksanaan prosesnya butuh waktu berhari-hari hingga berminggu-minggu untuk mendapatkan produk stem cell saja.
  4. SVF diproses dengan menggunakan enzim rekombinan yang tidak berasal dari hewan (animal free origin). Melainkan sel yang digunakan adalah sel yang dimiliki pasien dan diproses melalui laboratorium, kemudian dikembalikan melalui infus atau intraspinal ke dalam tubuh pasien tersebut.

Baca juga: Sel Punca, Jawaban untuk Pengobatan Penyakit Degeneratif Pada Lansia

Di Indonesia sendiri, teknik SVF yang telah dikembangkan oleh HayandraLab sudah mendapatkan hak patent dari Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) Indonesia.

Selain itu, SVF juga telah dibuktikan keamanannya melalui berbagai hasil studi yang telah dilaporkan jurnal ilmiah internasional.

"Terapi itu yang penting dicari adalah amannya. Kalau masalah efektivitas ya kita tenaga medis dan pasien sama-sama berusaha," kata dia.

Dikatakan Karina, SVF ini aman untuk disuntikkan baik melalui infus atau intra vena bahkan sampai intraspinal.

"Itu proses pembiakan butuh waktu yang lama, kalau SVF bahkan bisa dilakukan hanya sehari selesai, mulai dari proes pengambilan sel sampai, proses, sampai ditransfer kembali ke pasien melalui infus," ujarnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com