KOMPAS.com - Pengguna aktif rokok elektronik atau rokok elektrik akan selalu berusah menyangkal bahwa rokok ini memiliki pengaruh buruk bagi kesehatannya.
Tidak sedikit di antara mereka yang mengaitkan dengan beberapa riset yang hanya ditemukan dan dilakukan oleh luar negeri saja.
Sementara di Indonesia dianggap belum ada riset yang membuktikan dampak dari rokok elektrik tersebut.
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Dr dr Agus Dwi Susanto SpP(K), menegaskan beberapa riset di Indonesia sendiri telah dilakukan untuk mencari tahu kandungan yang ada di dalam rokok elektrik.
Baca juga: Rokok Elektrik Bukan Alternatif Berhenti Merokok, Ini Penjelasan Ahli
Hal itu dilakukan dengan tujuan agar dapat memetakan dampak yang sangat mungkin bisa timbul dari pemakaian rokok elektrik tersebut.
Dituturkan Agus, berdasarkan riset kesehatan tahun 2018 oleh RS Persahabatan, menunjukkan sekitar 70 persen pengguna rokok elektronik di Indonesia yang rutin secara reguler telah mengalami adiksi ataupun kecanduan.
Gabungan dari nikotin di urine atau ditemukannya kandungan nikotin dalam urine pada pengguna rokok elektrik itu tidak berbeda bermakna.
Atau dengan kata lain, kata dia, hampir sama dengan pada pengguna rokok konvensional, sedikitnya lima batang per hari.
Baca juga: Mengenal EVALI, Penyakit Paru Misterius akibat Rokok Elektrik
"Jadi, hasilnya ada sekitar 223 mikrogram kandungan nikotin di urinenya (pengguna rokok elektronik), belum di darahnya," kata Agus dalam acara bertajuk Pengendalian Hasil Produk Tembakau Lainnya (HTPL) di Jakarta, Rabu (15/1/2020).
Artinya, kata Agus, itu juga ditemukan kandungan berbahaya dalam rokok elektrik dan telah terbukti dari riset yang dilakukan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.