Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kristal Kuno Australia Ungkap Misteri Medan Magnet Pertama Bumi

Kompas.com - 21/01/2020, 13:03 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Sebuah kristal kecil di Australia membantu ilmuwan mengungkapkan sejarah kuno tentang medan magnet pertama di Bumi yang menghilang ratusan juta tahun lalu.

Kristal yang ditemukan ini, seperti melansir Live Science, Selasa (21/1/2020), menunjukkan medan magnet yang lebih kiat daripada yang diyakini siapapun.

Pada akhirnya, hal itu dapat membantu menjawab pertanyaan tentang mengapa muncul kehidupan di Bumi.

Kristal-kristal tua berukuran kecil itu terkunci di bebatuan berusia lebih dari setengah miliar tahun lalu.

Baca juga: Manfaat Medan Magnet Bumi pada Migrasi Hewan

Saat itu, partikel magnetik kecil melayang di batu yang meleleh. Akan tetapi, ketika batu itu mendingin, partikel-partikel yang sejajar dengan orientasi medan magnet saat itu terkunci di tempatnya.

Dalam sebuah penelitian baru mengungkapkan partikel tersebut masih berada di tempatnya dalam posisi yang menunjukkan adanya pengaruh medan magnet yang jauh lebih kuat dari yang dibayangkan para ilmuwan.

Medan magnet bumi dihasilkan oleh inti dalam besi padat yang dibungkus dengan material besi cair di luarnya.

Medan ini melindungi planet Bumi dari partikel berbahaya yang meledak melalui ruang angkasa, seperti angin matahari dan sinar kosmik.

Baca juga: Guru Besar ITB: Medan Magnet Bumi Berubah, Apa Dampak bagi Indonesia?

Karena efeknya yang terlihat pada permukaan planet sangat minim, maka sulit untuk mempelajari sejarah panjang medan magnet ini.

Namun, sejarah ini sangat penting untuk memahami masa depan planet Bumi dan planet lain di alam semesta.

Bumi memiliki perisai magnet yang kuat untuk waktu yang lama, karena dia dapat menjaga air di permukaannya dan menumbuhkan kehidupan.

Bayangkan, jika perisai magnet ini tidak ada, maka radiasi sinar kosmik akan menghancurkan kehidupan dan air dari permukaan Bumi sejak lama.

Menurut para peneliti, dalam skenario itu, Bumi sangat mirip dengan planet Mars.

Di mana medan magnet tua itu runtuh ketika planet itu mendingin dan inti planetnya berhenti berputar.

Bumi telah memiliki medan magnet selama 4,2 miliar tahun.

Akan tetapi, sampai 565 juta tahun lalu, jauh sebelum dinosaurus ada dan masih sedikit kehidupan, inti medan magnet itu bekerja dengan sangat berbeda.

Pada saat itu, tidak ada inti dalam, tetapi magnesium oksida yang telah larut ke dalam semua inti cair selama dampak besar yang menciptakan Bulan.

Pergerakan magnesium itu menghasilkan gerakan dalam inti cair yang menciptakan medan magnet pertama Bumi.

Baca juga: Pergeseran Medan Magnet Bumi: Apa Dampaknya?

Para peneliti meyakini, ketika magnesium oksida habis, hampir semua medan magnet runtuh.

Kendati demikian, inti dalam yang solid terbentuk pada sekitar waktu yang sama dan menyelamatkan kehidupan di Bumi.

Sederhananya, medan magnet yang diproduksi oleh magnet magnesium oksida kuno jauh lebih lemah dibandingkan yang ada sekarang ini.

Hanya saja, mempelajari kristal zirkon kuno yang terbentuk ketika medan magnet tua masih menyelimuti planet Bumi adalah hal yang salah.

"Penelitian ini (medan magnet kuno) memberi tahu kita sesuatu tentang pembentukan planet yang dapat dihuni," ujar John Tarduno, seorang ilmuwan Bumi di University of Rochester, sekaligus penulis makalah tersebut.

Menurut Tarduno, salah satu pertanyaan yang ingin dijawab yakni mengapa Bumi berevolusi demikian.

"Ini memberi kami lebih banyak bukti bahwa perisai magnetik tercatat sangat awal di planet Bumi," jelas Tarduno.

Baca juga: Anomali Misterius di Bawah Benua Afrika Lemahkan Medan Magnet Bumi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau