Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belum Ada Vaksin Cegah Virus Corona, Kemenkes Minta Warga Waspada

Kompas.com - 21/01/2020, 11:04 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com - Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menyebut belum ada vaksin yang dapat mencegah pneumonia berat yang disebabkan virus corona jenis baru yang menyebar di Wuhan, China.

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Anung Sugihantoro mengatakan ada tiga vaksin pneumonia yang beredar di Indonesia.

Ketiganya adalah Vaksin Pneumokokus (PCV) 10 dengan merek dagang Synflorix, PCV 10 (merek dagang Pneumosil), dan PCV 13 (merek dagang Prevnar).

Namun hanya ada dua vaksin yang sudah memiliki izin beredar di Indonesia melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yaitu PCV 10 Synflorix dan PCV 13 Prevnar.

Sedangkan untuk PCV 10 Pneumosil belum mendapat izin edar dari BPOM.

Baca juga: Cegah Virus Misterius China, Terawan Imbau Masyarakat Lakukan Ini

Dari ketiga vaksin tersebut, kata Anung, belum ada yang dapat mencegah pneumonia misterius yang disebabkan virus corona jenis baru yang menyebar di China.

"Karena teman-teman sebagian sudah menanyakan ke saya. Pak kan sudah ada vaksin, boleh tidak kita vaksin dulu? Tapi vaksinnya itu tidak cocok, jadi stereotype tidak cocok dengan novel coronavirus (nCoV). Saya menuliskan tidak untuk mencegah novel coronavirus," jelas Anung Sugihantoro di kantor Kemenkes, Jakarta pada Senin (20/01).

Atas dasar tersebut, Anung meminta masyarakat tetap waspada saat bepergian ke China meskipun sudah mendapat vaksin PCV yang beredar di Indonesia.

Ia juga meminta masyarakat memperhatikan pengumuman dari otoritas kesehatan China, tidak mengunjungi pasar hewan, dan apabila terpaksa ke pasar hewan agar memakai alat pelindung.

Anung menambahkan pemerintah juga telah melakukan sejumlah langkah untuk mencegah virus corona China masuk ke Indonesia.

Di antaranya meningkatkan kewaspadaan di bandara-bandara di seluruh Indonesia, terutama yang mempunyai penerbangan dari China dan menerbitkan edaran ke seluruh dinas kesehatan, serta rumah sakit.

Di samping itu, Kemenkes juga akan melakukan simulasi kesiapan yang akan melibatkan lintas sektor untuk mengantisipasi jika penyakit ini masuk ke Indonesia.

Apa itu Pneumonia?

Senada Ketua Umum PDPI Agus Dwi Susanto, melalui keterangan tertulis, mengatakan belum ada vaksin yang dapat mencegah pneumonia akibat virus corona yang menyebar di China.
Sebab, kata dia, pneumonia yang terjadi di Wuhan, China disebabkan oleh virus corona jenis baru.

Ia menjelaskan pneumonia adalah infeksi atau peradangan akut di jaringan paru yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, seperti bakteri, virus, parasit, jamur, dan kerusakan fisik paru.

Pneumonia dapat menyerang siapa saja, mulai dari anak-anak sampai lanjut usia, namun lebih banyak pada balita dan lanjut usia.

Pneumonia, berdasarkan sumber infeksi, dibagi menjadi tiga yaitu:

  • community acquired pneumonia (CAP) atau pneumonia komunitas
  • hospital acquired pneumonia (HAP)
  • ventilator associated pneumonia (VAP).

Dari ketiganya, yang sering terjadi dan dapat bersifat serius, bahkan kematian, adalah pneumonia komunitas.

Angka kejadian pneumonia lebih sering terjadi di negara berkembang.

Pneumonia menyerang sekitar 450 juta orang setiap tahunnya.

Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2018, prevalensi pneumonia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan yaitu sekitar dua persen. Sedangkan pada tahun 2013 adalah 1,8 persen.

Berdasarkan data Kemenkes 2014, jumlah penderita pneumonia di Indonesia pada tahun 2013 berkisar antara 23 persen-27 persen dan kematian akibat pneumonia sebesar 1,19 persen.

Tahun 2010 di Indonesia pneumonia termasuk dalam 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit dengan crude fatality rate (CFR) atau angka kematian penyakit tertentu pada periode waktu tertentu dibagi jumlah kasus adalah 7,6 persen.

Menurut Profil Kesehatan Indonesia, pneumonia menyebabkan 15 persen kematian balita yaitu sekitar 922.000 balita pada tahun 2015.

Dari tahun 2015-2018 kasus pneumonia yang terkonfimasi pada anak-anak di bawah lima tahun meningkat sekitar 500.000 per tahun, tercatat mencapai 505.331 pasien dengan 425 pasien meninggal.

Dinas Kesehatan DKI Jakarta memperkirakan 43.309 kasus pneumonia atau radang paru pada balita selama tahun 2019.

Baca juga: Update Virus Misterius China, Dipastikan Bisa Menular Antar-Manusia

Belum Ada Laporan Novel Coronavirus di Bandara Soekarno Hatta

Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Soekarno Hatta, Anas Ma'ruf mengatakan belum ada laporan penumpang dari China yang diduga terkena pneumonia akibat corona virus jenis baru.

Menurutnya, pihaknya juga sudah memiliki ruang isolasi bagi penumpang yang diduga terinfeksi penyakit ini.

"Jadi untuk ruang isolasi di masing-masing pintu masuk, kita punya. Di Bandara Soekarno Hatta ada ruang isolasi untuk melakukan pemeriksaan bila kita temukan pelaku perjalanan yang tertangkap kamera penyidik suhu atau pengawasan petugas kita dengan gejala batuk, sesak dan sebagainya," jelas Anas Ma'ruf.

Berdasarkan data yang dihimpun Kemenkes, ada 59 kasus pneumonia di Kota Wuhan, China pada 31 Desember 2019 hingga 5 Januari 2020, tujuh di antaranya dalam kondisi kritis.

Dua orang yang lanjut usia dan dengan penyakit penyerta kemudian meninggal pada 16 dan 17 Janauri 2020.

Penyebab pneumonia tersebut kemudian diketahui novel coronavirus (2019-nCoV), jenis virus baru yang satu family dengan virus penyebab SARS dan MERS.

Penyebab penularan virus ini masih belum jelas, namun dicurigai disebabkan oleh hewan (zoonosis) dan dipastikan dapat menular dari manusia ke manusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com