KOMPAS.com - Suksesnya teknologi transplantasi organ, terus melahirkan inovasi-inovasi teknologi di dunia kedokteran yang memberikan banyak kebaikan bagi umat manusia.
Salah satunya, kelahiran bayi di Philadelphia, Amerika Serikat, yang lahir dari rahim transplantasi.
Bukan kali pertama, bayi lahir dari rahim transplantasi, bahkan dari donor yang telah meninggal.
Teknologi transplantasi organ telah memberikan pengaruh besar pada dunia kesehatan.
Baca juga: Seorang Bayi di Amerika Lahir dari Rahim Transplantasi Donor Mati
Seperti dilansir dari History.com, berawal dari kisah mitos Yunani dan Tiongkok Kuno yang menampilkan kisah-kisah fantastis tentang transplantasi yang dilakukan para dewa dan tabib.
Cara yang dilakukan yakni seringkali melibatkan mayat atau binatang.
Sementara itu, kisah-kisah ini dianggap apokrif pada 800 sebelum masehi.
Bahkan, dimungkinkan para dokter di India mulai mencangkok kulit, yang secara teknis adalah organ terbesar. Cara ini digunakan untuk memperbaiki luka atau luka bakar pada kulit.
Baca juga: Ahli Klaim Transplantasi Kepala Manusia Bisa Dilakukan pada 2030
Impian untuk menyembuhkan penyakit dan cedera dengan transplantasi organ, tulang dan jaringan lainnya mungkin setua sejarah penyembuhan yang berasal dari abad pertengahan.
Sayangnya, seperti melansir, MTFBiologics.org, pengetahuan ilmiah dan teknik bedah yang memungkinkan pengobatan transplantasi modern harus menunggu hingga abad ke 19.
Namun, untuk transplantasi tulang, kulit dan kornea yang berhasil dilakukan pertama kali, berkat kemajuan yang dicapai pada 1900 dan 1920.
Berdirinya US Navy Tissue Bank pada 1949 memberi peluang adanya fasilitas pemrosesan dan penyimpanan tulang, serta jaringan hidup yang pertama.
Kemajuan dalam transplantasi organ padat dimulai sekitar tahun 1950-an.
Joseph E. Murray, penerima hadiah Nobel untuk bidang kedokteran pada 1990, berhasil melakukan transplantasi ginjal pertama di Boston pada 1954.
Pada 1967, seorang ahli bedah jantung muda di Afrika Selatan, Christian Bernard juga dianggap sebagai pahlawan internasional.
Bernard berhasil melakukan transplantasi jantung manusia yang pertama kalinya di Rumah Sakit Groote Schur di Cape Tows, Afrika Selatan.
Kendati demikian, sepanjang perjalanan teknologi transplantasi organ, bukan berarti tidak pernah ada persoalan.
Baca juga: 3 Desember 1967, Kisah Operasi Transplantasi Jantung Pertama di Dunia
Persoalan teknis terkait penanaman organ telah dapat di atasi pada awal abad ini.
Masalah utama yakni kecenderungan sistem kekebalan tubuh penerima donor, saat organ asing ditanamkan. Secara alami, tubuh akan merespon berbagai penolakan.
Untuk mencegah hal itu, pasien diberi obat kuat untuk menekan seluruh sistem kekebalan tubuh mereka yang pada akhirnya dapat membuat tubuh rentan pada infeksi.
Baru pada 1978, obat imunosupresif yakni Cyclosporin diperkenalkan untuk mengendalikan berbagai masalah setelah prosedur transplantasi.
Baca juga: Lewis Hamilton Diduga Transplantasi Rambut
Sejak itu, perkembangan pengobatan transplantasi organ tumbuh pesat. Ada berbagai faktor yang membuat prosedur ini semakin diminati/
Di antaranya populasi umum, pertumbuhan dan perluasan populasi lansia telah menyebabkan meningkatnya permintaan jaringan dan organ yang disumbangkan.
Saat ini, diperkirakan ada 600.000 orang Amerika mendapat manfaat dari beberapa transplantasi organ setiap tahunnya.
Walaupun ini hal yang mengesankan, namun tidak sedikit pasien yang meninggal karena menunggu pendonor organ vital dan kurangnya transplantasi jaringan.
Baca juga: Kisah Bayi Rebecca, Terima Transplantasi Jantung Tepat di Ultah ke 1
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.