Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Otak Berumur 2.600 Tahun yang Masih Utuh, Ahli Temukan Penyebabnya

Kompas.com - 09/01/2020, 10:02 WIB
Monika Novena,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hampir 2.600 tahun yang lalu, di sebuah desa kecil yang kini masuk wilayah Heslington, Inggris, seorang lelaki dipenggal kepalanya. Tubuhnya segera dikubur di lumpur yang kaya akan tanah liat.

Cerita tak berakhir sampai situ. Tak ada yang menyangka bahwa kerangka lelaki paruh baya itu kemudian akan ditemukan pada tahun 2008. Namun, ada yang membuat peneliti terkejut setelah menemukan tengkoraknya. Ternyata peneliti masih mendapati jaringan otak sang lelaki masih utuh.

Baca juga: Teki-teki Otak Manusia: Mengapa Kita Bermimpi tentang Orang-orang Mati?

Normalnya, jaringan otak akan membusuk dengan cepat setelah kematian. Namun, yang terjadi justru kebalikannya, jaringan otak malah terawetkan selama ribuan tahun. Bahkan lipatan atau lekukan masih terlihat dengan cukup jelas.

Mengutip Science Mag, Kamis (9/1/2020), peneliti mencoba mencari tahu mengapa hal itu bisa terjadi. Dengan melakukan pemeriksaan tingkat molekuler serta melakukan serangkaian percobaan, peneliti pun berpikir telah menemukan jawaban atas teka-teki tersebut.

Studi yang diterbitkan dalam Journal of the Royal Society Interface ini menyebutkan, peneliti menemukan adanya protein agregat pada otak pria Heslington yang lebih padat dan stabil dibandingkan dengan otak modern.

Baca juga: Setelah 20 Tahun, Tumor Otak Terbesar di Dunia Berhasil Diangkat

Peneliti pun berteori jika hal itu mungkin telah membantu mengawetkan struktur jaringan selama berabad-abad. Meski begitu, peneliti belum yakin betul apa yang membuat terjadinya agregat protein.

Dugaan peneliti sementara mengarah pada kondisi penguburan yang tampaknya terjadi sebagai bagian dari ritual.

Pasalnya, studi sebelumnya pernah mengungkapkan bahwa setelah kepala sang pria dipenggal, bagian tubuh itu langsung dikuburkan. Tanah, suhu yang dingin dan rendah oksigen, mungkin membantu mengawetkan dan mencegah bakteri untuk memakan jaringan tersebut.

Selain itu, tidak ada tanda-tanda pembalsaman atau sejenisnya yang bertujuan untuk mengawetkan bagian tubuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau