Saat ini Jakarta menjadi kota beton, aspal dan semen. Ruang terbuka hijau (RTH) yang ada bahkan kurang dari 15 persen. Padahal fungsi dari RTH itu sendiri adalah sebagai kesatuan ekosistem.
"Pembangunan tidak terkendali di Jabodetabek menjadikan tanah semakin menurun, tanah resapan untuk air berkurang, dan membuat air mudah datang dan meningkat dari tahun ke tahun," tuturnya.
Selain itu, adanya beban bangunan terhadap tanah, dan ditambah ekstraksi air tanah berlebihan.
Baca juga: Apa Itu Krisis Iklim, Penyebab Banjir di Indonesia sampai Kebakaran di Australia?
Semua hal tersebut merupakan intervensi fisik manusia melawan konservasi ruang resapan air yang seharusnya.
Daerah Bogor dan Bekasi seharusnya menjadi daerah resapan air, tetapi saat ini telah banyak pembangunan.
"Yang tersisa terakhir ya wilayah puncak sebagai last wilayah resapan air Jabodetabek seharusnya," kata dia.
Meskipun, saat ini hutan di daerah Puncak sejak tahun 2000 hingga 2016, ada kurang lebih 75.000 Ha telah didirikan berbagai bangunan dan fasilitas.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.