KOMPAS.COM - Baru-baru ini, Kota Depok menetapkan KLB (Kejadian Luar Biasa) karena banyaknya kasus hepatitis A yanG menyerang masyarakat.
Bukan hanya dewasa saja, ternyata, 9 dari 10 anak yang berusia kurang dari 10 tahun di Indonesia terkena hepatitis A.
Hepatitis A merupakan penyakit yang ditandai dengan peradangan pada organ hati.
Hati memiliki fungsi yang penting, yaitu untuk memproses nutrisi makanan yang dikonsumsi dan menetralisir racun-racun yang mengalir dalam darah.
Jika terkena virus hepatitis A, hal yang selanjutnya terjadi adalah peradangan di hati. Inilah yang membuat proses penyaringan dan penetralisir racun menjadi terganggu.
Baca juga: Penyakit Hepatitis A Masih Mewabah, Begini 7 Langkah Pencegahannya
Penularan virus dapat melalui anak-anak, misalnya, ketika orang tua yang sedang merawat anaknya yang terinfeksi hepatitis A, petugas medis yang merawat pasien hepatitis a, pengajar di TPA anak-anak, atau kondisi yang tidak higienis.
dr. Nina Dwi Putri, Sp. A-K, MSc, Spesialis Dokter Anak menjelaskan, gejala awal hepatitis a yang terjadi pada anak biasanya ditandai dengan mual, muntah, nyeri perut, diare, demam, lemah, dan nafsu makan berkurang.
Akan tetapi, Nina menegaskan bahwa transmisi penularan sudah terjadi dari gejala awal ini.
“Jadi, gejala awal yang berkeliaran ini sudah melakukan penularan. Khususnya Depok yang ada gejala awal ini, hati-hati ya, mungkin saja anak-anak Ibu dan Bapak sudah terkena hepatitis A,” ujarnya saat ditemui dalam acara National Media Briefing on Hepatitis A, Kota Depok (19/12/2019).
Gejala selanjutnya adalah perubahan warna kulit atau mata menjadi kuning.
Biasanya, perubahan warna ini terjadi setelah satu minggu mengalami gejala awal yang sudah disebutkan.
Nina juga mengajarkan cara untuk melihat perubahan warna pada anak, yaitu dengan membandingkan tangan Anda dengan anak Anda dan melihat warna di kulitnya.
Jika anak Anda sudah terjangkit berat, maka perubahan menguning bisa sampai terjadi pada mata anak Anda.
Namun, hepatitis A yang terjadi pada anak-anak sebagian besar bersifat ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya. Hal ini dikarenakan anak-anak memiliki recovery badan yang sangat baik tetapi kekebalan tubuhnya tidak sekuat orang dewasa.
Walaupun jarang bergejala berat, anak-anak dapat menjadi sumber penularan ke orang-orang dewasa.