KOMPAS.com – Baru-baru ini, viral di media sosial sebuah video berisi wanita yang memukuli pria penderita stroke.
Dalam video berdurasi 2 menit 24 detik tersebut, tampak wanita yang disebut istri dari pria tersebut mencaci-maki suaminya. Kemudian, wanita itu memukuli suaminya menggunakan tongkat. Video itu disinyalir dibuat di Kawasan Pantai Mutiara, Pluit, Jakarta Utara.
Sang suami tampak menjerit. Namun karena penyakitnya yang diduga stroke, tak jelas apa yang ia sebutkan.
Banyak warganet yang terpancing emosinya saat menonton video tersebut. Psikolog Klinis Dewasa, Sarahsita Hendrianti, M.Psi., mengatakan bahwa hal itu karena video tersebut menimbulkan asumsi.
“Video yang beredar itu memunculkan asumsi. Mengapa? Karena konten video tersebut sangat agresif,” tutur Sarahsita kepada Kompas.com, Rabu (18/12/2019).
Agresif yang disebutkan oleh Sarahsita mengacu pada perkataan dan perilaku, sehingga memunculkan empati dari warganet.
“Dalam video tersebut terlihat kan, cara dia berbicara, cara dia memukul, bagaimana suaminya tidak berdaya. Orang berempati akan hal itu,” lanjutnya.
Baca juga: Viral Istri Pukul Suami Penderita Stroke, Ini Komentar Para Psikolog
Meski begitu, Sarahsita menekankan bahwa video tersebut tetaplah merupakan sebuah penggalan.
“Video itu merupakan penggalan, kita tidak ada yang tahu apa saja yang terjadi sebelumnya dan kondisi sebenarnya,” tambah ia.
Sarahsita menyebutkan bahwa seseorang yang memiliki kewajiban untuk mengasuh anggota keluarga yang terkena penyakit kronis, biasanya memiliki tingkat stress yang tinggi.
“Seseorang yang punya dorongan atau kewajiban untuk mengasuh atau menjadi pengasuh keluarga yang terkena penyakit kronis, apalagi menghambat fungsi perilaku seperti stroke, memang tingkat stressnya tinggi,” tuturnya.
Oleh karena itu, para pengasuh orang yang sakit kronis biasanya rentan untuk terkena stress.
“Namun kembali lagi, bagaimana cara seseorang mengolah stress kan subjektif. Mungkin ada kecenderungan istrinya stress, atau dalam fase shock karena suaminya stroke. Itu kenyataan yang tidak mudah diterima,” tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.