Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ma'rufin Sudibyo

Orang biasa saja yang gemar melihat bintang dan menekuri Bumi.

Komet yang Datang dari Ruang Antarbintang

Kompas.com - 09/12/2019, 17:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Benda–benda langit berorbit ellips menunjukkan mereka terikat secara gravitasi terhadap tata surya khususnya kepada Matahari sebagai bintang induk.

Sebaliknya asteroid Oumuamua, asteroid 08012014 dan komet Borisov tidak demikian. Mereka hanya kebetulan melintas dalam tata surya tanpa bisa dipaksa mengorbit Matahari layaknya Bumi kita dan kawan–kawannya. Karenanya mereka melesat sangat cepat.

Terdapat besaran kecepatan lebih hiperbolis bagi sebuah benda langit, yang menjadi parameter untuk terikat tidaknya benda langit tersebut kepada tata surya.

Komet dengan orbit paling ellips yang pernah ditemukan (yakni C/1980 E1 Bowell) memiliki kecepatan lebih hiperbolis hanya 3 km/detik. Angka ini merupakan batas kecepatan lebih hiperbolis tertinggi bagi anggota tata surya.

Sebaliknya pada asteroid Oumuamua, asteroid 08012014 dan komet Borisov kecepatan lebih hiperbolisnya jauh lebih besar, masing–masing 26 km/detik, 60 km/detik dan 30 km/detik.

Berbeda dengan kedua benda langit dari ruang antarbintang sebelumnya, komet Borisov menjanjikan kesempatan lebih baik. Saat ditemukan, komet ini berjarak 404 juta kilometer dari Matahari kita dan sedang bergerak mendekat ke sang surya menuju titik perihelionnya.

Titik perihelion itu dicapai pada 9 Desember 2019 ini, sejarak 293 juta kilometer. Terhadap Bumi, komet Borisov akan mencapai jarak terdekatnya 19 hari kemudian dengan jarak cukup besar yakni 282 juta kilometer.

Dimensi inti komet ini diduga cukup besar, yakni sekitar 20 km. Karenanya saat tiba di perihelionnya kelak ia akan lebih terang dibanding saat ini, dengan magnitudo semu +14 atau hanya setara terangnya planet–kerdil Pluto.

Bagi para astronomi amatir Indonesia, komet ini akan mengecewakan karena cukup redup. Namun tidak demikian dengan dunia astronomi amatir global, yang telah terbiasa mengamati benda–benda langit seredup Pluto atau lebih redup lagi. Apalagi untuk observatorium–observatorium astronomi terkini dengan teleskop–teleskop raksasanya dan segenap radas–radas berteknologi tinggi yang menjadi pelengkapnya.

Kesempatan terbaik dalam mengamati komet ini jatuh pada sepuluh hari pertama Desember 2019 meski akan terganggu oleh cahaya Bulan purnama. Dalam periode ini, komet akan berada di rasi bintang Crater di sisi barat Virgo dan masih bertengger di langit pasca Matahari terbenam hingga beberapa jam kemudian.

Observasi komet Borisov ini penting guna lebih memahami semesta khususnya komposisi bahan penyusun sistem keplanetan di luar tata surya kita. Juga penting artinya dalam memitigasi potensi ancaman dari langit.

Seperti diperlihatkan dalam kasus asteroid 08012014, benda–benda langit dari ruang antarbintang pun punya potensi menumbuk Bumi menciptakan hantaman kosmik.

Berbeda dengan asteroid atau komet dalam tata surya kita, mereka jauh lebih tak terprediksi. Dan dengan kecepatan yang lebih tinggi, energi yang diangkutnya bakal lebih besar. Asteroid 08012014 hanya bergaris tengah 50 cm namun terdeteksi melepaskan energi yang setara dengan seper 180 bom nuklir Nagasaki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau