Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Imunisasi Jadi Kunci Cegah Pneumonia pada Bayi dan Balita

Kompas.com - 07/12/2019, 20:04 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Imunisasi dijadikan salah satu pencegahan yang dianggap paling baik untuk mengantisipasi berbagai penyakit. Salah satunya adalah pneumonia.

Imunisasi adalah satu upaya untuk menimbulkan atau meningkatakan sistem kekebalan tubuh atau imunitas seseorang, termasuk pada bayi dan balita.

Apa pentingnya imunisasi?

Direktur Surveillance dan Karantina Kesehatan P2P, Drg R Vensya Sitohang MEpid, mengatakan bahwa imunisasi sangat penting dilakukan untuk dapat menurunkan angka prevalensi kematian pada bayi dan balita. Ini menjadi penting untuk dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah.

"Imunisasi akan menjadi proteksi spesifik individu bagi masyarakat, karena setiap orang yang mendapatkan imunisasi akan membentuk antibodi spesifik terhadap penyakit tertentu," kata Vensya dalam acara bertajuk "Stop Pneumonia! Beraksi Sekarang" di Gedung Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Jakarta, Rabu (4/12/2019).

Baca juga: Apa Itu Pneumonia, Penyakit yang Membunuh 19.000 Balita di Indonesia?

Selanjutnya, Vensya juga melihat dari sisi pemerintah bahwa dalam penerapan imunisasi ini perlu membentuk kekebalan kelompok (community protection).

"Hal ini (community protection) menjadi penting karena jumlah orang yang diimunisasi dalam masyarakat, dalam jumlah yang cukup 95 persen dapat melindungi kelompok masyarakat yang rentan," ujarnya.

Tidak hanya itu, pemberian imunisasi pada kelompok usia tertentu (anak) juga dikatakan akan menjadi pembatas penularan, kepada kelompok usia dewasa atau orang tua.

Tujuan dilakukannya imunisasi

Dijelaskan oleh Vensya bahwa tujuan penyelenggaraan imunisasi yaitu menurunkan kesakitan, kecatatan dan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).

Adapun kategori PD3I yaitu pneumonia, tuberkolosis, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak, hepatitis B, Hib (hemophillus influenzae type B), human papiloma virus, rubella, rotavirus, JE, HIV, malaria dan dengue.

Menurut publikasi dari UNICEF tahun 2015, upaya memerangi kematian terkait pneumonia dapat dilaksanakan melalui pencegahan dan pengobatan yang lebih baik terhadap infeksi. Cara pencegahan yang paling efektif adalah dengan melakukan imunisasi.

"Pencegahan bayi dari sakit pneumonia terutama dilakukan dengan melakukan imunisasi lengkap kepada bayi," Kasie Pneumonia Subdit ISPA Direktorat PPML Direktorat Jenderal P2P, Kementerian Kesehatan, Dr Indra Kurnia Sari MKes.

Ilustrasi vaksinshutterstock Ilustrasi vaksin

Imunisasi terkait pneumonia meliputi imunisasi campak, pertusis, pneumokokus (PCV), dan Haemophilus influenzae tipe B (Hib).

Untuk vaksin PCV belum termasuk dalam program, namun sejak tahun 2017 Kementerian Kesehatan telah merintis program imunisasi PVC untuk seluruh anak di Indonesia.

Pemberian vaksin Hib dan PCV dapat menurunkan kejaidan pneumonia pada balita hingga 49 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Mengapa Kura-Kura Melakukan Pose Superman? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Mengapa Kura-Kura Melakukan Pose Superman? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Oh Begitu
Apa yang Terjadi Jika Kita Mencoba Mendarat di Planet Gas Raksasa?
Apa yang Terjadi Jika Kita Mencoba Mendarat di Planet Gas Raksasa?
Oh Begitu
Fosil Kepala Amfibi Raksasa Ditemukan di Texas, Mirip Karakter Film ‘Toy Story’
Fosil Kepala Amfibi Raksasa Ditemukan di Texas, Mirip Karakter Film ‘Toy Story’
Fenomena
Apa yang Terjadi di Otak Seorang Psikopat? 
Apa yang Terjadi di Otak Seorang Psikopat? 
Kita
Ditemukan, Bukti Ledakan Bintang Ganda yang Mengubah Pemahaman Alam Semesta
Ditemukan, Bukti Ledakan Bintang Ganda yang Mengubah Pemahaman Alam Semesta
Oh Begitu
Evolusi Mamalia Tak Sesederhana yang Kita Duga, Fosil Baru Ubah Ceritanya
Evolusi Mamalia Tak Sesederhana yang Kita Duga, Fosil Baru Ubah Ceritanya
Oh Begitu
Genus Baru Laba-Laba Pelompat yang Ahli Berkamuflase Ditemukan di Selandia Baru
Genus Baru Laba-Laba Pelompat yang Ahli Berkamuflase Ditemukan di Selandia Baru
Fenomena
Jus Jeruk Bali Bisa Mematikan? Ini Fakta Ilmiahnya
Jus Jeruk Bali Bisa Mematikan? Ini Fakta Ilmiahnya
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau