Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Tewas Tersambar Petir, Seberapa Besar Kekuatan Halilintar?

Kompas.com - 06/12/2019, 08:57 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Seorang petani (54) asal Kampung Jangkar, Mekarwangi, Cariu, Bogor, Jawa Barat tewas tersambar petir kemarin sore (5/12/2019) sekitar pukul 17.00 WIB.

Peristiwa itu terjadi saat kondisi hujan lebat disertai petir di area persawahan, Lueweung Gede, Desa Mekarwangi.

Kapolsek Cariu, Kompol Asep Tatang mengatakan, korban tewan di tempat usai tersambar petir di pematang sawah.

Kasus tersambar petir bukan satu-satunya. Di bulan Agustus lalu, 19 ekor ternak kerbau dan seorang pria di Medan juga meninggal karena tersambar petir.

Baca juga: Prakiraan Cuaca Hari Ini di Jakarta dan Banten, Waspada Hujan dan Petir

Dalam artikel Sains Kompas.com edisi 27 April 2017, peneliti petir dari Sekolah Tinggi Elektro dan Informatika (STEI) di Institut Teknologi Bandung (ITB) Syarif Hidayat mengatakan, cara kerja petir berbeda dengan aliran listrik di rumah meski sama-sama membawa arus listrik.

"Petir berbeda dengan listrik di rumah karena dia tidak sabaran. Arus listrik di rumah kita mau mengantre dalam kabel. Petir tidak. Dia tidak peduli, maunya cepat-cepat sampai ke bumi," kata Syarif saat itu.

Untuk menghantarkan arus ke bumi, petir cenderung memilih tempat terbuka, obyek yang tinggi, dan tonjolan di permukaan bumi.

Obyek tinggi bisa berupa tiang ataupun pohon. Adapun tonjolan bisa berupa bukit atau gunung, manusia, hewan, dan bangunan yang berada di tempat terbuka.

Jadi, orang yang berada di tengah sawah, bermain bola di lapangan, ataupun berlayar di atas kapal di lautan bisa menjadi tonjolan yang siap disambar petir.

"Karena sifatnya yang tidak sabaran, saat ada tonjolan, petir akan menyambar semuanya tanpa pilih-pilih. Jadi memang tidak mengherankan petir bisa menyambar banyak obyek sekaligus," ungkap Syarif yang aktif mendata aktivitas petir di Indonesia.

Dari sisi kekuatan, tegangan petir pun sangat besar.

Tegangan listrik yang bisa ditoleransi manusia 20 miliampere. Sementara tegangan yang dihasilkan petir bisa mencapai 26.000 ampere.

Bagi petir, membunuh manusia adalah perkara mudah.

Baca juga: Tersambar Petir, dari Pencegahan, Cederanya hingga Penanganannya

Menghindari risiko tersambar petir

Mengetahui sifat dan cara penghantaran petir, manusia sebenarnya bisa meminimalkan risiko tersambar.

"Jangan berada di tempat terbuka. Lalu jangan berada di jarak kurang dari 2 meter dari obyek yang tinggi agar tidak tersambar," kata Syarif.

Jangan berpikir bahwa obyek yang bisa menghantarkan petir hanya logam. Syarif menegaskan kembali, petir berbeda dengan listrik di rumah kita.

Petir memiliki sumber arus tetap, tapi tegangan berubah-ubah. Sementara listrik di rumah kita merupakan sumber tegangan, tegangan tetap dan arus berubah-ubah.

Karena itu, untuk bisa ke bumi, petir bisa lewat kayu dan bambu yang bukan penghantar listrik baik.

"Kalau cuaca berubah, sudah mulai gelap dan ada awan hitam, lebih baik menjauh dari daerah lapang yang terbuka. Kalau di lapangan terbuka ada satu pohon, jangan didekati karena (pohon) bisa menjadi magnetnya," imbuh Agie Wandala, Kepala Sub Bidang Iklim dan Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Orang Indonesia perlu mewaspadai ancaman petir. Sejumlah wilayah Indonesia seperti Depok, Bogor, Riau, Jambi, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Barat tergolong rawan petir.

Riset yang dilakukan Syarif mengungkap, Indonesia bisa mengalami 24 petir per kilometer per hari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau