Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Malnutrisi hingga Kumis Pa Joko, Inilah 7 Faktor Risiko Pneumonia

Kompas.com - 05/12/2019, 07:05 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mengetahui faktor risiko pneumonia dianggap penting dalam menjaga diri dan lingkungan terhadap penyakit pneumonia ini.

Hal itu disampaikan Kasie Pneumonia Subdit ISPA Direktorat PPML Direktorat Jenderal P2P, Kementerian Kesehatan, Dr Indra Kurnia Sari MKes, dalam acara bertajuk Stop Pneumonia! Beraksi Sekarang di Gedung Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Jakarta, Rabu (4/12/2019).

"Faktor risiko sebenarnya juga menjadi penentu angka kasus kematian akibat pneumonia ini meningkat dari data tahun 2013 hingga 2018 lalu bahkan meningkat lebih dari 1,6 persen," kata Indra.

Untuk diketahui, pneumonia telah dinyatakan sebagai penyebab utama kematian pada bayi dan balita di Indonesia, yaitu dengan angka kematian mencapai 19.000 pada tahun 2018, yang artinya lebih dari dua anak meninggal setiap jam akibat pneumonia.

Baca juga: Maurizio Sarri dan Apa Itu Pneumonia?

Faktor risiko penyakit pneumonia pada bayi dan balita

1. Tidak mendapatkan ASI ekslusif

Dituturkan oleh Indra, dalam sebuah studi, terjadi peningkatan risiko kematian karena pneumonia pada anak yang tidak mendapatkan ASI pada enam bulan pertama sampai dua tahun, sekitar 15,1 persen.

Hal itu karena di dalam ASI, ada banyak enzim baik yang dibutuhkan dan cukup untuk memperkuat kekebalan tubuh atau imunitas seorang bayi.

"Pemberian ASI ekslusif paling tidak selama enam bulan dapat menurunkan insiden pneumonia sebesar 23 persen," ujarnya.

2. Defisiensi vitamin A

Persoalan kekurangan vitamin A, juga dapat berpengaruh pada rentannya tubuh bayi terhadap penyebab pneumonia.

Kata Indra, dalam sebuah penelitian, pemberian suplemen vitamin A dapat menurunkan kasus kematian sebesar 23 persen pada anak, baik pada pneumonia yang disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur.

Baca juga: Kenali Gejala Pneumonia, Penyakit yang Menyerang George HW Bush

3. Tidak mendapatkan imunisasi

Seperti yang diketahui, bakteri penyebab pneumonia yang paling sering adalah pneumokokus (Streptococcus pneumonia) dan Hib (Hemophilus influenza tipe B).

Sementara itu, virus penyebab pneumonia yang paling umum adalah respiratory syncytial virus (RSV), di samping virus influenza, rhinovirus, dan virus campak (morbili) yang juga dapat menyebabkan komplikasi berupa pneumonia.

Nah pemberian vaksin atau imunisasi pada bayi dan balita dianggap menjadi hal yang sangat penting dilakukan untuk meminimalisir risiko pneumonia terjadi.

Dari hasil studi, pemberian Vaksin HIB (Hemophilus influenza tipe B) dapat menurunkan kasus pneumonia yang terkonfirmasi dengan radiologi sebesar 18 persen.

Sementara vaksin PCV dapat menurunkan kasus pneumonia yang terkonfirmasi dengan radiologi sebesar 23-35 persen.

"Makanya, imunisasi campak, pertussis, PCV, HIB dan rotavirus itu penting untuk mencegah pnemonia pada bayi dan balita terjadi," tutur Indra.

4. Polusi dalam ruangan

Polusi dalam ruangan sangat beragam. Namun, dua diantaranya yang paling sering ada di rumah adalah polusi asap rokok dan dari tungku api.

"Kalau kita mengurangi polusi dalam ruangan seperti asap rokok dan tungku itu, dari studi mampu mengurangi 33 persen pneumonia akut," jelas Indra.

Baca juga: Mengapa Pneumonia Sering Menyerang Lansia?

5. Malnutrisi

Anak yang kekurangan nutrisi atau mengalami nutrisi yang tidak seimbang berisiko mengalami sistem kekebalan tubuh yang rendah. Hal ini sangat jelas berpengaruh pada risiko pneumonia karena tubuh anak akan jadi rentan terhadap berbagai penyebab penyakit (bakteri, virus atau jamur).

Bukti menunjukkan bahwa pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) pada usia anak 6-23 bulan, termasuk asupan mikronutrisi yang tepat, dapat menurunkan kematian akibat pneumonia dan diare sebesar enam persen.

6. Akses pelayanan yang kurang

Indra berkata bahwa kurangnya akses pelayanan pneumonia juga tidak luput menjadi penyebab kematian akibat pneumonia terjadi.

Oleh sebab itu, akses pelayanan pneumonia atau diare berbasis komunitas sangat diperlukan, karena akan mampu menurunkan 70 persen kematian karena pneumonia.

7. Kumis pa joko

Kumis pa joko merupakan singkatan dari kumuh, miskin, padat, jorok dan kotor. Ketika pemukiman atau lingkungan sekitar rumah termasuk kumis pa joko, kuman (bakteri, virus atau jamur) yang jahat dan bisa menyebabkan pneumonia juga mudah sekali tumbuh dan berkembang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau