Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atlet Sea Games Dipulangkan karena Tak Perawan, Dokter Angkat Bicara

Kompas.com - 01/12/2019, 11:39 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang atlet senam SEA Games 2019 dipulangkan karena diduga tidak perawan. Hal ini pun menimbulkan perdebatan di berbagai kalangan.

Terkait masalah keperawanan, itu hanya istilah yang dipakai masyarakat. Dalam dunia medis tidak ada istilah perawan.

Hal ini disampaikan oleh Dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi di Bamed Women's Clinic, dr Ni Komang Yeni SpOG, kepada Kompas.com Sabtu (30/11/2019).

"Dalam medis, tidak ada istilah keperawanan. Itu hanya biasa dipakai masyarakat sebagai istilah untuk mereka yang sudah pernah melakukan seks," kata Yeni.

Baca juga: Penjelasan Kemenpora soal Kabar Atlet Senam SEA Games Dipulangkan karena Tak Perawan

Keutuhan selaput dara sampai saat ini masih menjadi tolak ukur keperawanan dan moralitas seseorang.

Padahal, keperawanan tidak bisa diukur atau dibuktikan dari pemeriksaan fisik vagina.

Mitos yang mengakar di masyarakat menyebut, seorang wanita yang masih perawan akan meninggalkan jejak darah usai berhubungan intim. Konon, ini tanda bahwa selaput daranya telah robek.

Sementara wanita yang tidak "berdarah" usai berhubungan badan, menandakan ketidakperawanan.

Yeni menegaskan, selaput dara yang dimiliki perempuan tak selalu sama.

"Sebenarnya kalau lihat perawan atau tidak (perawan) dari pendarahan waktu melakukan seks pertama, itu sebenarnya kembali pada selaput dara si wanita. Ada yang (selaput daranya) utuh dan ada yang tidak utuh," ujarnya.

Selaput dara (hymen) merupakan jaringan kulit sangat tipis yang melapisi bukaan vagina.

Dilansir Hello Sehat, selaput dara memiliki berbagai macam tingkat elastisitas dan ketebalan, juga memiliki bukaan (bentuk bukaannya berbeda-beda pada setiap wanita) untuk memungkinkan darah menstruasi dan cairan tubuh lainnya mengalir keluar.

Umumnya, selaput dara memiliki bukaan selebar ukuran jari atau sebuah tampon kecil. Namun, bukaan tersebut tidak selalu berbentuk seperti lubang donat.

Untuk beberapa wanita, bukaan selaput berbentuk seperti injakan tangga, dan ada juga yang bukaannya berbentuk seperti lubang-lubang kecil di seluruh permukaan hymen.

Pada kasus yang sangat langka, bukaan bisa terlihat sangat kecil sehingga jari, tampon, atau penis mungkin tidak bisa menembus lapisan tersebut dengan mudah (atau, tidak bisa sama sekali). Bahkan, ada segelintir wanita yang lahir tanpa selaput dara dalam vagina mereka.

Oleh sebab itu Yeni mengatakan, secara anatomi pendarahan dari vagina adalah hal normal.

"Meskipun memang tidak semudah itu selaput dara itu robek, dan kalaupun robek tidak semua (selaput dara) mengeluarkan darah," jelasnya.

Lantas apa kaitannya keperawanan (robeknya selaput darah dalam medis) dengan atlet sea games?

Mitos keperawanan dan performa atlet

Banyak masyarakat percaya, seorang perempuan bisa kehilangan keperawanannya saat olahraga.

Terkait hal ini, Yeni menegaskan, itu hanya mitos yang tak usah lagi dipercaya. Sebab, tak mudah membuat selaput dara robek lantaran berolahraga.

"Trauma pada vagina itu memang mungkin saja dan bisa saja terjadi. Tapi, olahraga tidak semudah itu bisa membuat selaput darah di vagina robek bahkan mengeluarkan darah. Ini karena posisinya juga mumpet di dalam," tuturnya.

"Kecuali ada trauma berat di daerah dasar panggul gitu, baru mungkin iya, tapi kalau cuma sepeda, senam, atau olahraga berat sekalipun, ya enggak mungkin. Enggak akan terjadi apa-apa. Tidak semudah itu kecuali ada kejadian fatal lainnya saat berolahraga tersebut," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com