Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Singapura Resmikan Bank Otak Pertama di Asia Tenggara, Ini Tujuannya

Kompas.com - 29/11/2019, 19:33 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com - Meski ditentang oleh sanak keluarga, Lovely Fernandez (41) tetap mendaftarkan diri sebagai donor di bank otak pertama di Singapura.

Dengan demikian, Fernandez merelakan otaknya untuk diteliti oleh para ilmuwan setelah dirinya meninggal dunia nanti.

"Saya didiagnosis menderita multiple sclerosis, penyakit yang belum bisa disembuhkan yang membuat bagian kiri tubuh saya mati rasa selama 10 tahun terakhir. Saya berharap dengan menyumbangkan otak saya, para ilmuwan dapat menemukan obat untuk orang lain," katanya, Rabu (27/11).

Dia menghadiri peluncuran Brain Bank Singapore di Novena, yang akan memungkinkan para peneliti mendapatkan akses ke jaringan otak orang-orang Asia, dan diharapkan dapat meningkatkan pengobatan penyakit akibat gangguan otak di benua ini.

Baca juga: Jangan Guncang Kepala jika Telinga Kemasukan Air, Otak Bisa Rusak

Fasilitas penelitian yang menelan biaya sebesar 500.000 dolar Singapura atau setara Rp 5,2 miliar ini, terletak di lantai 11 Sekolah Kedokteran Lee Kong Chian. Ini sepenuhnya bergantung pada donor yang memberikan otak mereka setelah kematian untuk kepentingan penelitian.

Untuk target awalnya, mereka berharap bisa mendapatkan 1.000 orang yang mendaftar sebagai donor dalam empat tahun ke depan.

Namun dengan angka kematian seperti saat ini, diperkirakan pusat riset ini hanya akan memperoleh sekitar 20 hingga 30 donor otak per tahun.

Beda ras, beda proses dalam otak

Bank otak ini diyakini sebagai yang pertama di Asia Tenggara, sementara pusat-pusat serupa sudah didirikan di China, Eropa dan Amerika Serikat.

Para ilmuwan mengatakan bank itu penting karena ada perbedaan signifikan dari pengaruh gangguan neurologis seperti penyakit Alzheimer dan Parkinson kepada otak orang-orang dari ras Kaukasia dan Asia.

Ini berarti bahwa pengobatan dan perawatan dari dunia barat tidak dapat serta-merta diterapkan di Asia.

"Kita sekarang tahu bahwa latar belakang genetik sangat penting dalam menentukan timbulnya dan berkembangnya gangguan tersebut. Sangat penting bahwa ahli saraf di Singapura memiliki akses ke jaringan otak dari pasien dengan latar belakang genetik dan etnis yang sesuai," kata Profesor Richard Reynolds, direktur bank otak baru.

Profesor Lim Kah Leong, wakil dekan penelitian di sekolah kedokteran ini, mencatat bahwa donor dengan latar belakang China, Melayu, dan India mewakili wilayah besar di benua itu.

"Penelitian kami bisa menjadi penting bukan hanya di Singapura, tetapi juga di kawasan dan benua," kata Lim Kah Leong.

Identitas donor dirahasiakan

Butuh waktu dua tahun untuk mendirikan bank otak yang merupakan kolaborasi antara Universitas Teknologi Nanyang, National Neuroscience Institute (NNI) dan National Healthcare Group (NHG).

Ini masih dalam tahap awal. Fokus saat ini adalah membuat orang Singapura merasa nyaman dengan ide untuk menyumbangkan otak mereka.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau