Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/11/2019, 09:04 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kanker paru masih menjadi kanker pembunuh pria dewasa nomor satu di Indonesia.

Berdasarkan data Global Cancer Observatory (Globocan), sekitar 1,8 juta jiwa di dunia meninggal akibat kanker paru sepanjang tahun 2018. Sementara di Indonesia, lebih dari 30.023 penduduknya didiagnosis kanker paru, dan 26.095 diantara mereka meninggal dunia pada tahun 2018.

Menurut Ketua Umum Cancer Information and Support Center (CISC), Aryanthi Baramuli Putri SH MH, kanker paru berdasarkan referensi data merupakan penyebab kematian tertinggi akibat kanker.

"Bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah kematian dari kanker prostat, payudara dan kolorektal bila digabungkan," kata Aryanthi dalam sebuah acara bertajuk Kanker Paru ALK-Positif: Kenali, Periksa Tangani Bersama di Jakarta, Kamis (28/11/2019).

Baca juga: Kanker Paru yang Merenggut Nyawa Chrisye, dari Gejala hingga Pengobatan

Tingkat survival 5 tahunan kanker paru sangat rendah dan tergantung pada stadium ditemukannya kanker tersebut.

Kenapa terus meningkat?

Dalam kesempatan yang sama, dokter spesialis patologi anatomi di RS Kanker Dharmais, dr Evelina Suzanna SpPA, mengatakan bahwa peningkatan angka prevalensi diagnosis dan juga angka kematian yang tinggi tersebut disebabkan oleh belum adanya deteksi dini untuk penyakit ini.

"Sampai sekarang, saat ini belum ada teknologi yang bisa digunakan atau diterapkan untuk melakukan deteksi dini terhadap kanker paru-paru ini," kata dia.

Dijelaskan Evelina, pada beberapa jenis kanker lainnya yang diserang adalah sel dan saraf, sementara paru-paru tidak keduanya.

"Karena kanker paru-paru ini tidak langsung kena saraf, jadi tidak ada sensitivitas yang bisa disadari oleh penderita. Tahu-tahu waktu sudah kronis, datang ke rumah sakit sudah stadium 3, stadium 4, dan saat itu angka harapan hidup kecil dan itu juga yang menjadi salah satu penyebab meningkatnya prevalensi kematian," jelasnya.

Baca juga: Mengenal Risiko Kanker Paru-paru pada Perokok Pasif dan Pengobatannya

Selain belum adanya deteksi dini, dokter spesialis pulmonologi, Dr Sita Andarini PhD SpP(K), menegaskan bahwa peningkatan angka kematian karena kanker paru-paru dikarenakan tingkat konsumsi rokok yang masih tinggi di Indonesia.

"Terlepas dari berbagai faktor risiko lainnya seperti polutan dan faktor lingkungan tempat kerja yang tidak baik, rokok masih tetap menjadi yang pertama sebagai faktor pencetus kanker paru-paru, termasuk saat ini yang trendi vape," ujarnya.

Kanker paru-paru pada wanita

Meskipun kanker paru-paru dianggap sebagai pembunuh nomor satu pada pria, wanita juga sangat mungkin terkena kanker paru-paru karena berbagai faktor risiko.

Data dari Globocan tahun 2012 yang ditampilkan dalam paparan Sita menunjukkan bahwa kanker paru-paru berada di urutan ke lima sebagai penyebab kematian wanita akibat kanker, setelah kanker payudara, serviks, kolorektal, dan ovarium.

"Saya yakin kalau ada data terbaru, bisa jadi kanker paru menjadi nomor pertama atau kedua penyebab kematian pada wanita," kata Sita.

Baca juga: Kanker Paru yang Diidap Sutopo Beri Catatan Bagi Perokok Pasif Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau