Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rahasia Alam Semesta: Beda dengan Salju, Begini Hujan Es Terbentuk

Kompas.com - 25/11/2019, 17:33 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Fenomena hujan es kerap menyapa masyarakat Indonesia. Terakhir, fenomena ini dirasakan oleh warga di Desa Mengening, Kubu Tambahan, Buleleng, Bali, Sabtu (9/11/2091).

Selain Bali, kawasan Riau, Aceh, Magelang, Jakarta, Semarang, Bojonegoro, Ngawi, dan Bogor juga pernah merasakan hujan es.

Hujan es pada dasarnya adalah fenomena alami dan dapat terjadi di dunia manapun. Ini berbeda dengan salju yang hanya bisa terjadi di wilayah lintang lebih dari 23,5 derajat.

Dalam wawancara dengan Kompas.com, Kepala Bidang Manajemen Observasi Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko mengatakan, hujan es bisa terjadi dalam dua kondisi.

Pertama pada masa pancaroba yang disertai angin kencang. Kedua, hujan dengan perbedaan suhu yang besar dalam satu hari.

Lantas, bagaimana proses terbentuknya hujan es?

Baca juga: 4 Fakta Menarik Seputar Hujan Es

Ketika pada masa pancaroba, terjadi hujan dengan perbedaan suhu besar disertai angin kencang, hal ini meningkatkan potensi terbentuknya awan cumulonimbus.

Awan cumulunimbus memiliki bentuk mirip bunga kol berwarna putih.

"Kalau hujan es disebabkan oleh awan cumulonimbus, salju disebabkan oleh awan nimbus stratus," ujar Hary kepada Kompas.com, pada April 2019.

Hary menjelaskan, awan jenis cumulonimbus lebih banyak mengandung air dalam bentuk padat daripada cair. Oleh karena itu, hujan yang turun bisa dalam bentuk padat.

Prakirawan Cuaca BMKG Stasiun Meteorologi Klas II Bandara Internasional Lombok (BIL), Kadek Setiya Wati, dalam siaran persnya menambahkan, awan cumulonimbus tak hanya berpotensi menyebabkan hujan es. Namun juga bisa menyebabkan hujan lebat disertai angin kencang dan petir.

Dilansir dari ABC, peneliti dari Monash University Dr Joshua Soderholm mengatakan, hujan es memiliki bentuk bulan dengan diameter sekitar satu sentimeter.

Ketika hujan membeku dan membesar

"Ketika mulai membesar, Anda mulai mendapatkan es membeku di setiap arah. Itu fase pertumbuhan basah," ujar Dr Soderholm.

Ketika hujan es terbentuk selama pertumbuhan basah - saat es membeku dan membesar -, bagian es memiliki pori-pori yang kemudian diisi oleh air.

"Saat inilah, es batu bulat dengan warna putih terbentuk," ujar Dr Soderholm.

Hujan es terbentuk melalui kondensasi uap air lewat pendinginan di atmosfer pada lapisan di atas titik beku (freezing level) 0 derajat Celsius.

Durasi hujan es

Hujan es memiliki durasi yang lebih singkat daripada salju karena hujan es dipengaruhi oleh intensitas hujan.

Hary mengungkapkan, es dari hasil hujan es paling lama bertahan selama sepuluh menit.

Tak lama setelah es jatuh dari langit, dia akan segera mencair.

Sementara salju bisa tahan lebih lama di permukaan tanah karena suhu daratan yang sangat rendah.

Gejala sebelum turun hujan es

Gejala sebelum turun hujan es antara lain, seharian terasa hawa panas dan gerah.

Udara yang panas dan bikin gerah disebabkan oleh radiasi matahari yang cukup kuat.

Hal itu ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (lebih dari 4,5 derjat Celsius), disertai kelembaban yang cukup tinggi.

Sebelum hujan es biasanya muncul awan cumulus yang berlapis-lapis. Di antara awan tersebut, ada satu jenis awan yang bagian tepinya berwarna abu-abu dan menjulang tinggi seperti bunga kol.

Pada tahap berikutnya, awan tersebut akan berubah warna menjadi abu-abu atau kehitaman atau dikenal sebagai awan cumulonimbus.

Baca juga: Hujan Es di Sydney Berbentuk Kembang Kol, Kok Bisa?

Hujan es di Bali

Berkaitan dengan hujan es di Bali, Kadek Setiya melihat ada empat indikator utama yang memicu terjadinya hujan es. Antara lain pola angin, kelembapan udara, citra satelit cuaca, citra radar cuaca.

1. Pola angin

Berdasarkan analisis angin lapisan 925 mb, secara umum terjadi perlambatan kecepatan angin di atas wilayah Bali.

Sementara itu, arah angin terlihat dominan bertiup dengan variasi arah dari tenggara – selatan dan kecepatan berkisar 5– 15 knots.

2. Kelembapan udara

Berdasarkan analisis data kelembaban menunjukkan bahwa nilai kelembaban udara (RH) yaitu dengan nilai lebih dari 70 persen terjadi di lapisan permukaan hingga lapisan 925 hPa di Bali bagian utara.

3. Citra satelit cuaca

Interpretasi citra satelit Himawari IR (enhance) di atas wilayah Kubu Tambahan menunjukkan suhu puncak awan berkisar -56 hingga 8 derajat Celsius.

4. Citra radar cuaca

Dari citra radar cuaca produk CMAX (z) menunjukkan, di wilayah Kubu Tambahan terjadi hujan dengan intensitas lebat – sangat lebat (echo reflektivitas maksimum 63 dBz) yang terjadi pada antara pukul 15.00 – 15.10 WITA.

"Dari hasil cross section produk CMAX (z) terlihat bahwa echo maksimum terjadi pada lapisan rendah yaitu sekitar 0 – 6 km yang mendukung indikasi adanya kejadian hujan lebat yang disertai butiran es," tulisnya.

Sumber: Kompas.com (Retia Kartika Dewi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau