KOMPAS.com – Belakangan ini warganet dihebohkan oleh ajang pamer harta yang dilakukan beberapa public figure Indonesia. Banyak pula warganet yang mengaitkan aktivitas pamer harta tersebut sebagai gangguan jiwa.
Apakah benar aktivitas pamer yang dilakukan terus-menerus oleh seseorang berkaitan dengan gangguan jiwa?
dr Alvina, SpKJ selaku Dokter Ahli Kesehatan Jiwa di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi Barat mengungkapkan bahwa pamer harta belum tentu merupakan gangguan jiwa.
“Kita harus melakukan evaluasi secara lengkap terlebih dahulu sebelum menyimpulkan atau menegakkan diagnosis gangguan jiwa tertentu,” tutur dr Alvina dalam keterangan kepada Kompas.com, Kamis (21/11/2019).
Baca juga: Fenomena Artis Pamer Saldo ATM, Psikolog Sebut Termasuk Star Syndrome
Untuk kasus public figure, lanjutnya, pamer harta bisa saja merupakan bagian dari pekerjaan mereka di dunia hiburan untuk meningkatkan popularitas.
Bila sikap pamer seseorang dikaitkan dengan gangguan jiwa, ada beberapa perilaku yang mungkin terlihat.
“Seperti merasa diri yang paling penting; fantasi berlebih tentang kesuksesan , kekuatan, kepintaran, atau kecantikan; keyakinan bahwa dirinya unik, istimewa, dan hanya bisa dimengerti oleh orang-orang spesial tertentu,” papar dr Alvina.
Selain itu, orang tersebut juga membutuhkan pengakuan berlebihan dan kurang empati; perilaku eksploitatif; iri pada orang lain atau yakin bahwa orang lain merasa iri pada dirinya.
“Serta adanya perilaku arogan dan nakal yang meneap dimulai pada masa dewasa muda. Jika ciri-ciri tersebut terdeteksi, maka ada kemungkinan seseorang mengalami gangguan kepribadian narisistik,” tambahnya.
Narsisistik adalah gangguan kepribadian di mana seseorang menganggap dirinya sangat penting dan harus dikagumi. Untuk kebiasaan pamer yang termasuk gangguan kepribadian narsisistik, biasanya orang tersebut memiliki masalah dengan rasa kepercayaan diri dan rasa keberhargaan diri (self confidence dan self worth) sehingga butuh untuk terus mendapatkan pengakuan.
Dampak narsisistik terhadap diri seseorang adalah munculnya gangguan jiwa lainnya seperti gangguan mood atau muncul masalah dalam relasi.
Biasanya, tutur dr Alvina, orang yang mengalami gangguan narsisistik dapat sembuh jika dirinya menyadari ada yang salah bila berulang kali mengalami kegagalan dalam relasi.
Baca juga: Bedanya Psikopat dan Narsis
Cara penyembuhan orang yang mengalami narsisistik dapat dilakukan dengan cara terapi khusus. Terapi yang digunakan adalah psikoterapi yang jangka waktunya cukup lama, serta terapi dari gangguan jiwa lainnya bila diperlukan.
Lalu bagaimana cara menghadapi orang dengan gangguan kepribadian narsisistik?
“Kita bisa menyikapi mereka dengan tidak terlalu larut dalam beradu argumen atau kritik,” tutur dr Alvina.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.