Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Brentuximab Vedotin, Terapi Baru untuk Kanker Limfoma Hodgkin Kambuh

Kompas.com - 18/11/2019, 09:23 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kanker selalu identik dengan pengobatan yang banyak memiliki efek samping dan biaya yang tak sedikit.

Inovasi pengobatan dan obat-obatan juga terus terjadi, salah satunya yaitu pengobatan untuk penyakit kanker limfoma Hodgkin (LH) yang memiliki antigen bernama CD30.

Dokter Spesialis Hematologi Onkologi Medik RSCM, Dr dr Ikhwan Rinaldi mengatakan, meskipun LH memiliki angka kesembuhan yang tinggi, 10-30 persen di antara penderita sangat mungkin mengalami kanker LH lagi atau kambuh.

"Pada pengobatan LH kambuh, (biasanya) adalah kemoterapi dosis tinggi yang dilanjutkan dengan transplantasi sumsum tulang," kata Ikhwan dalam acara bertajuk Harapan Baru Bagi Pasien Kanker Limfoma Hodgkin dengan Terapi Inovatif di Jakarta, Rabu (13/11/2019).

Baca juga: Serba Serbi Limfoma Hodgkin dari Penyebaran, Gejala dan Diagnosis

Sayangnya, kata Ikhwan, regimen kemoterapi untuk kasus LH kambuh tidak banyak mengalami perubahan dalam 30 tahun terakhir ini.

Serta transplantasi sumsum tulang juga tidak selalu dapat dilakukan pada kasus LH kambuh karena masalah finansial dan ketidakmampuan fisik terutama pasien-pasien usia lanjut.

"Tapi saat ini terdapat inovasi pengobatan non transplantasi dengan Antibody Drug Conjugate (ADC) yang dikategorikan sebagai terapi bertarget, yang disebut obat pintar yaitu Brentuximab Vedotin (BV)," ujarnya.

Obat pintar BV ini berbeda dengan kemoterapi karena mampu mengenali sel LH melalui ikatan antara antibody monoclonal anti-CD30 dengan CD30 yang berada di permukaan sel LH. Obat pintar ini merupakan kombinasi antibody dan zat sitotoksik yang disebut ADC.

Brentuximab adalah antibody monoclonal anti-CD30 dan Vedotin adalah monomethyl auristatin E (MMAE) yang merupakan agen anti-neoplastik sintetik, dimana kedua komponen ini terkandung di dalam ADC tadi.

Cara kerja Brentuximab Vedotin

Ikhwan menjelaskan, BV bekerja dengan cara berikatan dengan CD30 di permukaan LH untuk selanjutnya masuk ke dalam sel dan melakukan penghentian siklus kehidupan sel sehingga terjadi apoptosis sel (kematian sel).

Dengan demikian obat pintar ini bekerja dengan mengenali dan menghancurkan hanya sel limfoma Hodgkin dan tidak menghancurkan sel lain, sehingga efek samping yang ditimbulkannya relative lebih ringan dibandingkan kemoterapi pada umumnya.

"Karena kalau kemoterapi itu dia menghancurkan semua sel-sel tumbuh yang ada di dalam tubuh, jadi efek sampingnya bisa ke rambut rontok dan lain sebagainya. Karena itu tadi sel-sel yang tumbuh atau berkembang cepat dalam tubuh kita itu bukan cuma sel kanker saja, sel rambut, sel juga cepat,” ujarnya.

Baca juga: Mengenal Kanker Limfoma, Jenis, Faktor Risiko, hingga Gejalanya

Indikasi Brentuximab Vedotin

Di Indonesia Brentuximab Vedotin yang sudah disetujui BPOM yaitu sebagai berikut;

  1. Pengobatan pasien limfoma Hodgkin CD30+ yang kambuh atau refrakter.
  2. Pengobatan pasien limfoma Hodgkin CD30+ yang kambuh atau refrakter setelah Tranplantasi Sel Punca Autologos, atau setidaknya dua pengobatan sebelumnya dimana Transplantasi Sel Punca Autologos atau kemoterapi multi agen bukan merupakan terapi pilihan.
  3. Pengobatan pasien systemic anaplastic large cell lymphoma (sALCL) yang kambuh atau refrakter.
  4. Pengobatan pasien mycosis fungoides (MF) atau primary cutaneous anasplastic large cell lymphoma (pCALCL) yang terkonfirmasi CD30+ setelah setidaknya satu pengobatan sistemik sebelumnya.

"Karena obat ini terbilang baru masuk di Indonesia, maka memang baru ada yang diperuntukkan bagi pasien LH yang kambuh atau sudah berada di fase second line teraphy. Kalau di Eropa bahkan memang sudah ada yang first line teraphy (LH awal)," tukasnya.dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com