Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LIPI: Seperlima Lahan Bumi Berkurang, Indonesia Harus Kelola Ini

Kompas.com - 08/11/2019, 12:13 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Data Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menunjukkan, selama tahun 2000 hingga 2015, lebih dari seperlima lahan Bumi berkurang.

Berkurangnya lahan tersebut merupakan imbas dari diversifikasi pengembangan lahan pertanian serta urbanisasi.

Dengan berkurangnya lahan di Bumi, ini akan memengaruhi pengurangan produktivitas yang signifikan terhadap lahan hijau dan bertambahnya daftar merah (red list) pada International Union of Conservation of Nature and Nature Resources (IUCN).

Kepala Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Atit Kanti mengatakan, hal di atas menjadi landasan bagi LIPI mengadakan kegiatan seminar dengan tema pengelolaan keanekaragaman hayati Indonesia untuk mendukung revolusi industri 4.0 dan sustainable development goals (SDGs), yang juga bertepatan dalam momentum Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional.

Baca juga: Jakarta Diprediksi Tenggelam pada 2050, Ini Kata Panel Ilmuwan PBB

"Kemajuan industri harus terintegrasikan dengan lingkungan untuk memastikan kinerja lingkungan berjalan dengan baik. Teknologi 4.0 harus memperhatikan teknologi yang dapat melindungi biodiversitas yang menjadi tempat vital dalam menjaga keberlanjutan jangka panjang ekosistem," kata Atit di Bogor, Selasa, (5/11/2019).

Atit menjelaskan, pengelolaan keanekaragaman hayati dan ekosistem yang sehat merupakan sumber daya penting untuk meningkatkan ketahanan dan mengurangi risiko dan kerusakan terkait dampak perubahan iklim.

"Keanekaragaman hayati Indonesia berhubungan erat pada target pencapaian SDGs terutama poin 14 tentang ekosistem lautan dan poin 15 mengenai ekosistem daratan," tuturnya.

Tujuan utama SDGs poin 14 tahun 2019 yaitu mengurangi tingkat keasaman air laut, menyokong ketersediaan ikan serta meregulasi penangkapan ikan secara ilegal dan menyediakan akses kepada nelayan skal kecil dalam mendapatkan sumber daya, layanan dan pasar.

Sedangkan pada poin 15, lebih berkonsentrasi pada perlindungan hutan yang berkelanjutan, mengurangi diversifikasi, serta mencegah dan merehabilitasi degradasi lahan dan kehilangan keanekaragaman hayati.

Baca juga: Ular Bermunculan di Proyek Pelebaran Kali Pamulang, Ini Kata Pakar LIPI

"Kegiatan seminar ini sendiri bertujuan untuk meningkatkan kepedulian, perlindungan, pelestarian puspa dan satwa nasional serta untuk menumbuhkan dan mengingatkan akan pentingnya puspa dan satwa dalam kehidupan manusia," ujarnya.

Atit berkata, target pembangunan berkelanjutan direalisasikan dengan memberi perlindungan dan restorasi serta menginisiasi pemanfaatan ekosistem lautan dan daratan yang berkelanjutan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau