Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Encephalitis, Penyakit yang Merenggut Nyawa Pemain Timnas U-16

Kompas.com - 01/11/2019, 17:35 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

KOMPAS.com – Kabar duka menyelimuti ranah sepak bola nasional. Salah satu pemain Timnas U-16, Alfin Farhan Lestaluhu, meninggal pada Kamis (31/10/2019) malam.

Alfin meninggal di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta. Sejak September lalu, Alfin kerap mengeluh sakit kepala. Ia pun sempat menjalani perawatan di rumah sakit sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir.

Dari laman resmi PSSI, Alfin didiagosis menderita encephalitis dengan hypoalbumin.

Apa Itu Encephalitis?

Dokter spesialis saraf dari Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI), dr Rubiana Nurhayati Sp.S, menyebutkan bahwa encephalitis (ensefalitis) merupakan radang otak.

“Itu infeksi yang mengenai otak. Penyebabnya bisa bermacam-macam. Bisa karena virus, bakteri, tuberculosis (TBC), jamur, autoimun, dan lain-lain,” tutur dr Rubiana kepada Kompas.com, Jumat (1/11/2019).

Penyakit ini bisa berkembang menjadi sangat serius ketika menyerang tubuh. Berbagai gejala radang otak lainnya biasanya ditentukan oleh bagian otak mana yang terkena infeksi virus, bakteri, maupun jamur.

Baca juga: Japanese Encephalitis, Penyakit Radang Otak yang Ditularkan Nyamuk

Encephalitis tergolong dalam penyakit berat dan berisiko kematian. dr Rubiana menyebutkan, gejalanya beragam dari demam sampai kejang.

“Gejalanya demam, penurunan kesadaran, muntah, sakit kepala, dan bisa saja kejang,” tuturnya.

Meski termasuk dalam penyakit langka, lanjut dr Rubiana, prognosis dari encephalitis sangat buruk. Penyakit ini bisa berkembang cepat dan membutuhkan perawatan segera.

Dalam kasus yang lebih serius, penyakit ini bisa mengakibatkan terjadinya gangguan berbicara, ingatan, hingga kematian. Ada banyak faktor risiko terjadinya encephalitis mulai dari usia, sistem kekebalan tubuh yang lemah, hingga wilayah geografis (tinggal di daerah dengan populasi nyamuk atau kutu pembawa virus).

Ilustrasi otakShutterstock Ilustrasi otak

“Encephalitis prognosisnya buruk. Angka kematian dan kecatatannya tinggi. Penanganannya tidak sembarangan, tergantung penyebabnya,” jelas dr Rubiana.

Pengobatan penyakit ini bisa dimulai dari konsumsi obat-obatan, perawatan pendukung seperti infus dan alat bantu pernafasan, serta terapi pendukung seperti terapi fisik hingga psikoterapi.

Hypoalbuminemia

Selain encephalitis, Alfin juga didiagnosis mengalami hypoalbumin. Menurut dr Rubiana, hypoalbumin (hypoalbuminemia) adalah keadaan di mana tubuh kekurangan albumin.

“Itu merupakan kondisi tubuh yang kekurangan albumin atau protein. Biasanya ini dikarenakan infeksi berat,” tuturnya.

Kadar albumin normal tergantung pada usia seseorang. Bbiasanya, kadar albumin yang normal berkisar antara 3,5 sampai 5,9 gram per desiliter (g/dL). Seseorang baru dikatakan mengalami hypoalbuminemia jika kadar albumin di bawah 3,5 g/dL.

Baca juga: Profil Terawan Menteri Kesehatan, Dokter Cuci Otak yang Kontroversial

Penyakit ini memiliki banyak gejala, namun yang paling terlihat adalah pembengkakan. Seperti pembengkakan akibat penumpukan cairan pada wajah atau tungkai, pembengkakan kelenjar air liur, dan pembesaran lidah (makroglosia).

Penanganan hypoalbuminemia tergantung pada penyebabnya. Penyakit ini juga bisa diatasi dengan obat-obatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com