Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Botswana Diklaim Jadi Kampung Halaman Umat Manusia, Ini Kata Para Ahli

Kompas.com - 30/10/2019, 16:34 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Studi terbaru yang terbit di jurnal Nature (28/10/2019) mengungkap bahwa tempat lahir umat manusia ada di sebelah selatan Sungai Zambezi, Botswana, Afrika Selatan.

Penelitian yang dilakukan ilmuwan Australia ini menggunakan 1.200 DNA mitokondria yang digabungkan dengan data geologi dan cuaca.

Dari penelusuran ini, mereka menemukan asal usul nenek moyang manusia yang lahir 200.000 tahun lalu ada di kawasan Botswana, Afrika Selatan.

Namun, temuan ini menimbulkan perdebatan di kalangan ilmuwan genetika lain. Seperti apa tanggapan para ahli?

Baca juga: Ahli Klaim Rumah Leluhur Manusia Modern ada di Botswana Afrika Selatan

Tanggapan ahli genetika lintas negeri

Studi-studi sebelumnya telah menganalisa banyak fosil dan menyimpulkan bahwa nenek moyang manusia modern berasal dari kawasan di Afrika Timur.

Karena itu ada kemungkinan bahwa manusia modern berevolusi di berbagai kawasan yang berbeda pada waktu yang bersamaan, dan kemudian bercampur-baur.

Hal ini disampaikan oleh Chris Stringer, ahli genetika yang mempelajari asal usul manusia di Natural History Museum, London.

Dilansir Gizmodo (28/10/2019), Stringer mengatakan para ahli genetika harus sangat berhati-hati ketika menggunakan genetika modern untuk menelusuri dari mana nenek moyang Homo sapiens tinggal 200.000 tahun lalu.

"Afrika sangat besar dan kompleks. Seperti banyak penelitian yang berkonsentrasi pada satu bagian kecil genom, atau satu wilayah, atau satu industri alat batu, atau satu fosil, ia tidak dapat menangkap kompleksitas asal mula mosaik kita sepenuhnya, begitu ada data lain yang harus dipertimbangkan," ungkapnya.

Stringer menunjukkan, analisis kromosom Y yang diwariskan laki-laki menunjukkan bahwa nenek moyang pembawa-Y kita mungkin berasal dari Afrika barat.

Studi lebih lanjut, yang telah melihat seluruh genom, menunjukkan populasi yang bermigrasi keluar dari Afrika Timur.

"Ini dan banyak data lain menunjukkan bahwa kita adalah campuran nenek moyang dari berbagai daerah di Afrika. Dan tentu saja ada kawin silang dari kelompok manusia lain di luar benua," terang Stringer.

Selain Stringer, ahli genetika lain juga mengatakan studi yang menganalisis DNA manusia yang masih hidup kurang komprehensif dijadikan bukti untuk menentukan di mana spesies kita muncul.

"Saya yakin, Afrika Selatan adalah area penting untuk evolusi manusia. Namun studi tentang manusia yang masih hidup tidak dapat mengungkap lokasi tepat dari mana asal leluhur kita. Mengherankan jika semua keturunan manusia modern berasal dari satu tanah air kecil," ungkap ahli genetika populasi Aylwyn Scally dari Universitas Cambridge, Inggris, dilansir Science Magazine (28/10/2019).

Bukti fosil dan DNA mengungkap, manusia modern muncul di Afrika setidaknya 250.000-300.000 tahun lalu.

Namun, para ilmuwan tidak dapat memastikan di mana kampung halaman manusia modern yang spesifik. Pasalnya, fosil-fosil Homo sapiens paling awal ditemukan di seluruh Afrika.

Baca juga: Tak Ada Pribumi, 4 Gelombang Migrasi Jadikan Kita Manusia Indonesia

Ahli genetika Indonesia

Meski studi ini masih menjadi perdebatan, ahli genetika Indonesia, Herawati Sudoyo, sangat mengapresi hasil studi yang dilakukan Hayes dan tim.

"Penelitian itu mendukung teori Out of Africa. Kita menduga daerahnya subSahara. Nah penemuan itu dulunya hanya menggunakan sampel DNA yang tidak semasif sekarang," kata Hera kepada Kompas.com melalui pesan singkat, Rabu (30/10/2019).

"Dengan jumlah yang banyak, 1.200 (sampel DNA), hasil makin sensitif dan makin akurat. Hasil ternyata mendukung data yang sudah ada. Kalau dulu kita menjawab Asalnya Afrika, sekarang (kita tahu) asalnya Botswana," ungkap Hera.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com