KOMPAS.com – Tiga kelompok pelajar Indonesia berhasil mencatat prestasi dalam ajang International Exhibition for Young Inventor (IEYI). Tak main-main, ketiganya mendapatkan medali emas dalam Awarding Ceremony IEYI yang digelar pada Jumat (25/20) malam.
Ini adalah kali ke-15 IEYI digelar. Kali ini ajang internasional tersebut digelar di Serpong, Tangerang pada 23-26 Oktober 2019.
Firman Fathoni dari SMAN 5 Surabaya mendapatkan medali emas untuk invensi ganTAS 4.0. Alat ini menggunakan mekanisme teknologi bluetooth yang dikoneksikan dengan ponsel pintar.
Mekanisme kerja ganTAS adalah mendata jumlah koper dalam satu rombongan tour.
“Ketika aplikasi smartphone dinyalakan, maka akan terdeteksi koper mana yang belum ada,” ujarnya.
Baca juga: Bidik 2 Kategori Penghargaan IEYI, LIPI Ungkap Kekuatan Anak Indonesia
Alat ini sendiri ia ciptakan karena pernah memiliki pengalaman tak enak saat ikut rombongan tour.
“Koper kakak saya tertukar dengan orang asing di bandara,” ujarnya seperti dikutip dari rilis Biro Kerja Sama, Hukum, dan Humas LIPI.
Medali emas berikutnya diraih oleh Neng Rizqi Ni'mah dari SMAN 1 Kediri yang membuat Penggaris Multifungsi.
“Saya menggabungkan beberapa penggaris, jangka, dan busur sehingga dapat membuat bangun dua dimensi dengan mudah dan presisi,” jelasnya.
Baca juga: LIPI Buka Science Expo 2019 untuk Membumikan Sains ke Masyarakat
Ia menciptakan alat ini karena merasa selalu kesulitan menggambar bangun segi enam.
“Alat ini akan memudahkan pekerjaan orang-orang yang memerlukan presisi simetris dan kecepatan menggambar bangun datar, seperti guru sekolah dan arsitek,” tambah Neng Rizqi.
Medali emas ketiga berhasil diraih Muhammad Alim Ajid dan Muhammad Ismail Umar yang menciptakan Magic Pen.
Magic Pen digunakan untuk anak-anak yang memilki keterbatasan fisik, namun ingin mempelajari sistem elektronika sederhana.
“Mereka merasa kesulitan jika menggunakan anggota tubuh untuk menyambung atau memutuskan kabel-kabel listrik,” jelas Alim.
Baca juga: LIPI Buka Science Expo 2019 untuk Membumikan Sains ke Masyarakat
Mereka menggunakan gel dari ekstrak dari belimbing wuluh atau Averhoa bilimbi sebagai penghantar arus listrik pengganti kabel.
“Gel ini juga aman, ekonomis, serta ramah lingkungan,” tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.