KOMPAS.com - Dalam beraktivitas, manusia akan selalu bergerak. Lantas untuk dapat beraktivitas, manusia modern kini tidak bisa dilepaskan dari ponsel.
Seorang pelajar SMA 2 Wonosobo yang bernama Ravi Ramadhani mendapat ide untuk menghubungkan keduanya lewat alat yang dinamakannya Obah Energy. Karyanya ini telah dipamerkan dalam International Exhibition for Young Inventors (IEYI) 2019.
Obah Energy menghasilkan dan menyimpan energi listrik dari gerakan yang diciptakan saat beraktivitas. Batas maksimal yang dapat disimpan di dalam Obah Energy adalah 5000 volt.
"Jadi kita kan selalu bergerak, berjalan, sholat, atau apapun, terus juga setiap hari kita selalu pakai handphone, nah inilah kenapa saya tiba-tiba dapat ide kenapa kedua hal ini tidak dimanfaatkan saja," kata Ravi dalam acara Indonesia Science Expo 2019 di BSD Serpong, Rabu (23/10/2019).
Baca juga: Dengan Sedikit Listrik, Anda Bisa Punya Sepotong Kekuatan Gundala
Cara kerja dan penggunaan Obah Energy ini cukup sederhana.
Penggunanya hanya perlu membawa Obah Energy kemana pun saat beraktivitas. Obah Energy yang berisi magnetik akan ikut berguncang dan menghasilkan energi melalui kumparan yang ada pada badannya.
Energi inilah yang bisa dimanfaatkan untuk dapat mengisi daya pada baterai ponsel.
"Jadi, ini alat untuk menghasilkan energi listrik dari gerakan yang dilakukan. Entah itu kita bawa di saku, ataupun ditaruh di tas, yang penting ada guncangan. Guncangan yang dilakukan akan membuat magnetik yang ada ikut bergerak, berpengaruh juga ke kumparannya, dari situlah energi listrik dihasilkan, lalu disimpan," tuturnya.
Ravi menilai bahwa Obah Energy bisa menjadi alternatif yang lebih hemat dan ramah lingkungan daripada powerbank. Pasalnya, Obah Energy tidak membutuhkan tenaga listrik, surya, angin atau energi lainnya, selain energi dari gerak.
Baca juga: Anak SMAN 15 Semarang Bikin Masker Anti Mabuk, Ini Cara Kerjanya
Belajar dari pengalamannya menciptakan Obah Energy, Ravi punya satu harapan.
Dia ingin agar pemerintah dapat membantu anak-anak muda dan mendukung mereka sejak masih melakukan penelitian, bukan hanya saat para peneliti muda sudah selesai melakukan penelitian tersebut.
Pasalnya, Ravi pernah punya pengalaman meminjam uang darineneknya untuk melakukan penelitian Obah Energy ini. Sebab, Ravi pada saat itu pernah minta bantuan dari pemerintah setempat dengan mengajukan proposal, tapi proposalnya ditolak.
"Tapi pas sudah sampai saya mewakili Indonesia di luar negeri (Abu Dhabi), pemerintah bilang nanti kalau menang kami kasih penghargaan ya. Ini sama saja orang sakit dibilang, 'Nanti kalau sudah sehat, kami kasih obat ya.' Untuk apa, kan enggak guna kalau begitu?," ucap dia.
Pada saat ini, Ravi telah mendapatkan bantuan dari perusahaan swasta untuk mengembangkan penelitiannya. Dia pun akan melanjutkan presentasi mengenai Obah Energy ini di Filipina.
"Saya juga berharap sih ini nanti bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dunia khususnya di Indonesia sebagai alternatif energi bertenaga manusia. Ya saya enggak inginlah, (kalau) nanti ini malah diproduksi oleh negara tetangga, misalnya," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.