Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Bahaya Self Diagnosis di Balik Popularitas Film "Joker"

Kompas.com - 11/10/2019, 16:11 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Di balik tren self diagnosis: glorifikasi gangguan mental

Terbatasnya biaya, waktu, kendala akses terhadap pelayanan kesehatan, kondisi mental dari pasien yang belum siap untuk berobat, dan juga ketidaktahuan pasien tentang adanya tenaga kesehatan profesional yang bisa mengobati bisa mendorong orang untuk melakukan self-diagnosis.

Selain itu, munculnya persepsi bahwa gangguan mental itu “keren” dan adanya informasi di internet, memperparah tren self-diagnosis ini.

Saya menyayangkan beberapa orang yang beranggapan gangguan mental itu “keren” dan mendorong mereka melakukan self diagnosis

Gangguan mental itu tidak menyenangkan dan sangat menghambat potensi. Kita ambil saja contoh karakter Joker di film. Sepanjang film, ia mungkin ada kalanya terlihat perkasa dan hebat, tetapi ia tidak senang. Ia tidak bahagia. Ia tidak tenang. Ia tidak ingin berada dalam kondisi itu. Bagaimana “keren” kalau orang yang memilikinya saja tidak menginginkannya?

Edo S. Jaya

Lecture at Faculty of Psychology, Universitas Indonesia

Artikel ini ditayangkan atas kerja sama Kompas.com dan The Conversation Indonesia. Tulisan di atas diambilkan dari artikel berjudul "Banyak anak muda klaim mengidap gangguan mental setelah nonton Joker: bahaya self diagnosis”.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com