Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Paska Penusukan Wiranto, Ini Kata Psikolog Untuk Menjaga Psikologis Anak

Kompas.com - 11/10/2019, 13:05 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penusukan yang terjadi pada Menkopolhukam Wiranto disaksikan oleh anak-anak yang berada di sekelilingnya. Hal itu terlihat jelas lewat video yang beredar di kalangan warganet.

Terkait kesaksian anak-anak itu, kekhawatiran terhadap perilaku atau kondisi psikologis anak juga perlu diwaspadai. Ini karena anak-anak suka meniru adegan yang menarik untuk mereka.

Dinyatakan oleh Psikolog Anak dari Pion Clinician, Astrid W.E.N, karena melihat adegan kekerasan fisik yang mengancam nyawa itu, anak-anak bisa jadi ada yang trauma dan tidak.

"Anak-anak yang tidak trauma, saya pikir juga tidak akan menganggap hal tersebut sebagai bercandaan," kata Astrid.

Baca juga: Wiranto Diserang, Kenapa Sebagian Komentar Publik Justru Tak Simpatik?

Menurut Astrid, jika dilihat dari video yang beredar, emosi yang tertangkap pada kebanyakan anak-anak saat kejadian tersebut yakni rasa ingin tahu, khawatir, dan ingin membantu atau turut campur.

Oleh sebab itulah butuh Anda pahami kondisi anak Anda paska kejadian dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan terbuka.

Perlu diperhatikan

Hal pertama yang bisa dilakukan yaitu mengecek kondisi anak Anda terlebih dahulu saat anak Anda datang dan mendekat kepada Anda.

"Saat dia datang, kita bisa menanyakan pertanyaan-pertanyaan terbuka kepadanya. Kita mencari tahu cerita dari sudut pandangnya, kondisi emosinya, dan pikirannya. Diskusi-diskusi dimulai dari cerita yang diketahui anak," ujar dia.

Setelah pertanyaan-pertanyaan pembuka itu Anda utarakan, pada saat yang sama juga Anda akan mengetahui apa yang sedang dialami dan dirasakan oleh anak.

Baca juga: Anak Nonton Wiranto Diserang, Psikolog Sarankan Orangtua Tanya Hal Ini

Sebagai contoh, jika anak bercerita kemudian gerak-geriknya menjadi cemas, mengkhawatirkan keamanan korban, dan berita terkini mengenai pelaku.

"Berarti kita mengetahui bahwa ia memerlukan berita dan fakta yang dapat membantu menenangkan dirinya," kata dia.

Sedangkan, jika anak Anda gemetar atau menangis, maka anak Anda membutuhkan penguatan terhadap emosional yang ia rasakan.

"Kalau gemetar atau nangis, kita bisa memberikan penguatan dan channel seperti memeluknya, memberikan usapan, mendengarkan ceritanya agar ia lebih plong dan bisa mengeluarkan emosi yang mengganggunya," tuturnya.

Himbauan

Paska kejadian penusukan Wiranto yang terjadi di depan khalayak ramai termasuk anak-anak, Astrid memberikan himbauan sejak dini yang perlu diperhatikan oleh orang sekitar anak-anak yang melihat tragedi itu.

Cek kondisi

Jangan remehkan rasa ingin tahu mereka. Usahakan berikan penjelasan secara tenang dan bijak.

Dari sini mungkin akan banyak pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh anak. Di sinilah juga saat pemberian nilai-nilai kemanusiaan dalam keluarga dapat diberikan.

Baca juga: Penemuan yang Mengubah Dunia: Kunai, Senjata Naruto untuk Tusuk Wiranto

Buatlah kondisi dimana anak merasa aman saat membicarakan emosi dan pikirannya sehingga ia bisa mengeluarkan perasaan dan pikirannya secara aman.

Selama dua minggu ini perhatikan jika ada perubahan emosi, perubahan tingkah laku, perubahan makan, atau perubahan tidur pada anak kita terkait kejadian tersebut. Misalnya jadi tidak bisa tidur karena mengingat kejadian tersebut.

Cek juga kondisi Anda

Jika Anda dipenuhi dengan rasa tidak aman atau cemas, Astrid menyarankan, carilah seseorang yang dapat membantu menenangkan diri Anda.

"Berikan penguatan bahwa kita hidup aman. Kita ada disini untuknya (anak-anak)," tuturnya.

Berikan pengajaran bahwa kejadian tersebut berbeda dari bermain pura-pura. Serta bahwa hal tersebut melanggar hukum, berbahaya, dan mengancam keselamatan dan keamanan orang-orang sekeliling.

"Kalau bingung dan tidak tahu harus buat apa, hubungi psikolog anak terdekat dan terpercaya," ujar Astrid.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com