KOMPAS.com - Kebocoran di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada Agustus 2018 menggemparkan dunia. Kebocoran itu terjadi di modul Soyuz milik Rusia.
Ahli menemukan lubang sebesar dua milimeter pada dinding modul Soyuz sehingga harus ditambal dengan plester tahan panas dan lapisan resin.
Saat itu, NASA dan badan antariksa Rusia (Roscosmos) memilih bungkam dan tidak mau berkomentar.
Setahun berlalu, Rusia mengaku sudah mengetahui penyebab kebocoran pada modul Soyuz mereka. Namun, mereka bersikukuh untuk diam dan berniat merahasiakannya.
Baca juga: NASA dan Rusia Sepakat Bungkam Soal Kebocoran di ISS
"Kami tidak akan memberitahukan (informasi) apapun," tegas kepala Roscosmos Dmitry Rogozin.
Dilansir Newsweek, Senin (23/9/2019), kebocoran pada modul Soyuz mengakibatkan penurunan tekanan. Beruntung, kejadian ini tidak menimbulkan ancaman bagi para astronot di ISS.
Sejak kejadian itu, banyak dugaan tentang penyebab kebocoran.
Rogozin awalnya berkata, kebocoran mungkin disebabkan oleh meteorit kecil. Namun tak lama kemudian, pihaknya mengatakan bahwa kebocoran disebabkan oleh tangan jahil astronot.
Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Rusia, Tass, Rogozin mengaku masih mempertimbangkan semua kemungkinan penyebab kebocoran Soyuz.
"Teori kebocoran disebabkan meteorit telah kami coret karena ini jelas disebabkan dari dalam. Namun terlalu dini untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Ada kemungkinan ini dibuat tangan manusia, mungkin kesalahan teknologi, karena ada jejak bor di sepanjang permukaan. Kami tak menolak teori apapun," ungkap Rogozin setahun lalu.
Rabu (18/9/2019), untuk pertama kalinya Rogizin mengungkap bahwa pihaknya sudah mengetahui penyebab kebocoran Soyuz.
"Kami sudah mengambil semua sampel. Apa yang terjadi sudah kami ketahui, tapi kami tidak akan memberi informasi apapun. Itu rahasia kami," ungkap Rogozin seperti diberitakan kantor berita negara RIA Novosti.
Setelah Rogozin mengumumkan hal tersebut, administrator NASA Jim Bridenstine mengatakan kepada Houston Chronicle bahwa dia berencana berbicara dengan Rogozin segera.
"Mereka tidak memberi tahu apa-apa pada saya. Yang jelas, tidak dapat diterima bahwa ada lubang di ISS," ungkap Bridenstine.
Baca juga: ISS Tertangkap Kamera Melintas di Depan Matahari
ISS adalah proyek bersama antara NASA, Roscosmos, European Space Agency (ESA), JAXA Jepang dan CSA Kanada. Stasiun ini telah dihuni sejak November 2000.
Tidak jelas berapa lama ISS akan beroperasi.
Roscosmos mengatakan akan menjadi bagian dari ISS hingga 2024, sementara ada rencana bagi NASA untuk terus menggunakan ISS hingga 2030.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.