Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Chrisye, Rokok, dan Kanker Paru yang Menghantuinya

Kompas.com - 16/09/2019, 11:53 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Penyanyi legendaris Indonesia, Chrisye, menghiasi Google Doodle hari ini. Pria dengan nama asli Chrismansyah Rahardi itu berulang tahun ke-70 pada hari ini.

Chrisye meninggal dunia pada 30 Maret 2007. Penyebabnya adalah TBC tulang dan kanker paru yang pada waktu itu sudah memasuki stadium 4.

Kanker paru di tubuh Chrisye mulai memasuki stadium 4 pada Agustus 2005. Ia sempat berobat di Singapura, menjalani serangkaian kemoterapi, hingga menghabiskan hari-harinya duduk di kursi roda.

Berpuluh-puluh tahun sebelum kanker paru menyerang, tepatnya sejak duduk di bangku SMA, Chrisye mulai merokok. Pada suatu saat ia ditangkap kepala sekolah dan diminta untuk merokok delapan batang secara bersamaan. Namun hal itu tidak menghentikannya untuk kembali merokok.

Istri Chrisye, Gusti Firoza Damayanti Noor pernah mengatakan, sewaktu berobat di Singapura, Chrisye kerap mengigau seperti sedang merokok. Padahal tidak ada barang apapun di tangannya.

“Barangkali saking kecanduannya, racun nikotin menagih ketika dia sudah berhenti merokok,” tutur Gusti Firoza seperti dikutip dari situs resmi Departemen Kesehatan.

Rokok dan Kanker Paru

Spesialis kanker paru, dr Elisna Syahruddin, PhD, SpP-K.Onk, mengatakan bahwa rokok memiliki hubungan erat dengan munculnya kanker paru.

“Jika merokok, risiko (mengalami kanker paru) akan naik. Ini bukan hanya berlaku untuk perokok aktif, tapi juga perokok pasif,” tutur dr Elisna kepada Kompas.com, Senin (16/9/2019).

Rata-rata, lanjut ia, kanker paru muncul ketika seseorang merokok sekitar 10-20 tahun.

“Cara menghitungnya adalah berdasarkan Indeks Brinkman. Jumlah rokok per hari, dikali tahun merokok. Jika hasilnya di atas 600, risiko untuk mengidap kanker paru sangat besar. Bisa jadi terjangkit dalam waktu kurang dari 10 tahun,” papar dr Elisna.

Baca juga: Mengenal Risiko Kanker Paru-paru pada Perokok Pasif dan Pengobatannya

dr Elisna menekankan, semakin banyak Anda merokok, semakin besar risiko kanker paru pada diri Anda. Di dunia, lanjutnya, jumlah insiden (kasus) kanker paru merupakan yang terbanyak di dunia.

“Di Indonesia, mayoritas penderita kanker paru adalah laki-laki,” terangnya..

Dari data Centers for Disease Control and Prevention (CDC), asap rokok bertanggung jawab atas sekitar 7.300 kematian akibat kanker paru setiap tahun di Amerika Serikat. Produk tembakau mengandung lebih dari 7.000 bahan kimia, dan setidaknya 70 bahan diketahui menyebabkan kanker.

Situs Hallosehat menyebutkan, saat Anda menghirup asap rokok, campuran bahan kimia ini langsung dikirim ke paru-paru. Di titik inilah kerusakan mulai terjadi.

IlustrasiShutterstock Ilustrasi

Serangan terus-menerus dan keberlanjutan dari aktivitas merokok ini menyebabkan kerusakan pada jaringan paru-paru. Kerusakan inilah yang mengakibatkan sel-sel bereaksi secara tidak normal, hingga akhirnya muncul sel kanker.

Lalu bagaimana bila Anda berhenti merokok? dr Elisna mengatakan hal itu bisa berpengaruh secara signifikan. Dalam waktu 10 tahun setelah berhenti merokok, risiko kematian akibat kanker paru turun hingga setengahnya.

Kanker paru dan polusi udara

Selain rokok, dr Elisna mengatakan kanker paru juga bisa diakibatkan oleh polusi udara.

“Baik polusi udara outdoor maupun indoor. Kalau yang indoor menyerang perokok pasif. Kalau yang outdoor biasanya menjangkit orang yang berada di daerah berpolusi tinggi atau bekerja di pabrik yang berpolusi tinggi seperti pabrik semen,” jelasnya.

Untuk menghindari kemungkinan munculnya kanker paru, Anda bisa menggunakan masker seperti N95.

Baca juga: Kabut Asap Riau, Masker N95 Bisa Melindungi asal Pakainya Benar

Anda perlu mewaspadai beberapa gejala kanker paru. Antara lain batuk yang tidak kunjung berhenti bahkan semakin memburuk, batuk dengan lender atau dahak yang berdarah, nyeri dada yang bertambah parah, sesak nafas, merasa lelah atau lemas, hilangnya nafsu makan, dan suara serak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau