Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/09/2019, 20:51 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

KOMPAS.com – Friday the 13th, yang jatuh pada hari ini, identik dengan mistis dan fenomena bulan purnama. Namun, fenomena di langit malam ini lebih dari bulan purnama. Micromoon, begitu nama fenomena yang terjadi saat ini.

"Micromoon itu nama trivial. Istilah resminya Bulan purnama apogean, yaitu Bulan dalam fase purnama (oposisi Bulan-Matahari atau istiqbal) yang berdekatan dengan saat Bulan menempati titik apogee (titik terjauh terhadap Bumi dalam orbit ellipsnya)," tutur astronom amatir Marufin Sudibyo kepada Kompas.com, Jumat (13/9/2019).

Baca juga: India Sudah Sampai Bulan, Akankah Indonesia Menyusul?

Marufin menyebutkan, meski terlihat mulai malam ini di beberapa wilayah bumi, Bulan purnama apogean pada September 2019 sebenarnya baru akan terjadi pada Sabtu, 14 September 2019.

"Pada saat itu Bulan mencapai purnama (fase 99,8 persen) dengan jarak Bumi-Bulan 406.060 km. Posisi apogee Bulan sendiri sudah dicapai 24 jam sebelumnya yaitu sejauh 406.377 km," tuturnya.

Semua ini terjadi, lanjut Marufin, karena Bulan beredar mengelilingi Bumi dengan orbit ellips. Jarak rata-ratanya ke Bumi memang 384.400 km. Namun orbit ini punya perigee (titik terdekat dengan Bumi) 356.000 km dan apogee (titik terjauh dengan Bumi) 406.000 km.

"Bulan mencapai perigee dan apogee-nya di bawah pengaruh periode siderisnya yang lamanya 27,33 hari. Sementara fase-fase Bulan dipengaruhi oleh periode sinodisnya yang besarnya rata-rata 29,5 hari. Kelipatan persekutuan dari kedua nilai periode revolusi Bulan tersebut adalah 12 atau 13 bulan. Maka setiap 12 atau 13 bulan sekali peristiwa Bulan apogean terjadi," jelasnya.

Bisa dilihat tanpa alat bantu

Fenomena micromoon pada malam ini bisa dilihat dengan mata telanjang, tanpa alat bantu apapun.

"Secara kasatmata tidak terbedakan dengan Bulan purnama biasa. Hanya jika kita memotretnya dengan kamera tertentu (misalnya DSLR) dengan teknik yg tepat dan dibandingkan dengan potret purnama yg dibidik dengan teknik fotografi yg sama, akan kelihatan micromoon lebih kecil ukurannya," papar Marufin.

Karena sedikit lebih jauh, lanjut ia, maka Bulan purnama apogean juga akan sedikit lebih redup.

"Ia 14 persen lebih redup ketimbang Bulan purnama biasa. Tapi perubahan kecerlangan ini juga sulit dibedakan dengan mata tanpa alat bantu. Hanya dengan kamera DSLR atau instrumen fotometer saja perubahan itu bisa diamati," tutur Marufin.

Baca juga: Istilah Supermoon Jadi Kontroversi, Ini Kata Astrolog yang Cetuskan

Situs berita WJTV menyebutkan, micromoon yang berlangsung pada Friday the 13th seperti malam ini tak akan terulang kembali dalam 500 tahun mendatang.

Berdasarkan data NASA, hanya 1 persen momen bulan purnama terjadi pada Friday the 13th. Sementara itu, fenomena micromoon yang terjadi pada Friday the 13th lebih jarang lagi. Micromoon pada Friday the 13th terakhir kali terjadi pada 1832, dan tak akan terulang sampai 500 tahun lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com