Sebagai yang tercanggih di kelasnya pada masanya, N-250 punya sejumlah keunggulan. Ia merupakan satu-satunya pesawat turbotrop di dunia yang menggunakan "fly by wire" dengan jam terbang 900 jam. Pesawat ini juga mampu terbang tanpa mengalami oleng atau "Dutch Roll".
Lalu kecepatan terbang Gatotkaca bisa mencapai maksimal 610 kilometer per jam, sednagkan kecepatan ekonomisnya 555 kilometer per jam yang merupakan tercepat di kelas turbotrop 50 penumpang. Pesawat ini juga beroperasi pada ketinggian 7.620 meter dengan daya jelajah 1.480 kilometer.
Ketika ditemui oleh Kompas.com pada 2013, Habibie menyampaikan bahwa momentum N-250 seharusnya sangat tepat untuk titik tolak kejayaan industri dirgantara Indonesia, andai proyek pesawat itu berjalan sesuai rencana.
Sayangnya, momentum itu kandas ketika krisis moneter 1997-1998 menghantam Indonesia.
Soeharto menutup IPTN dan N-250 berakhir mangkrak. Setali tiga uang, kelanjutan perancangan dan pembuatan pesawat N-2130 juga pupus ketika pertanggungjawaban Habibie sebagai Presiden Indonesia ditolak MPR pada 20 Oktober 1999.
Visi dirgantara Indonesia baru berlanjut pada 2017 dengan berhasilnya uji terbang pesawat N-219, sebuah pesawat kecil dengan kapasitas tak lebih dari 19 orang di dalam kabin.
Melihat keberhasilan ini, Habibie pun menitipkan harapannya pada proyek pesawat R80.
Habibie pernah berkata bahwa bila hendak kembali berjaya di industri dirgantara, Indonesia harus membangun pesawat berkapasitas 80-90 orang.
R80 ini mampu mengangkut 80-90 penumpang dengan kecepatan maksimal 611 kilometer per jam dan kecepatan ekonomis 537 kilometer per jam. Sekali melesat, pesawat ini juga mampu menjangkau 1.480 kilometer.
Jika sesuai rencana, R80 akan mengudara pada 2025 dan bersamanya, harapan Habibie akan kejayaan industri dirgantara Indonesia akan mengudara.
Sumber: Kompas.com (Aswab Nanda Pratama/Akbar Bhayu Tamtomo
/Palupi Annisa Aulani/Akhdi Martin Pratama)