Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seorang Pria Tewas Setelah Minum Obat Kuat, Ini yang Perlu Anda Tahu

Kompas.com - 11/09/2019, 12:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang pria ditemukan tewas di sebuah kamar hotel di Jalan KL Yos Sudarso, Medan Labuhan, Sumatera Utara, Minggu (8/9/2019). Penyebab kematian diduga akibat serangan jantung setelah meminum obat kuat.

Namun, benarkah pengaruh obat kuat bisa sangat mematikan?

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Dr Tuko Srimulyo SpJP mengatakan, obat kuat umumnya berbahan dasar tanaman obat.

Namun perlu diingat, obat kuat ada yang boleh dikonsumsi dan ada yang tidak boleh dikonsumsi.

Baca juga: Facebook Nyatakan Perang Lawan Pil Obat Kuat, Penurun Berat Badan, dan Mitos Kesehatan

Beberapa produk obat kuat yang telah melewati penelitian berstandar, memiliki efek kerja yang jelas.

"Namun ada juga yang tidak jelas cara kerjanya, sekedar kepercayaan turun temurun," kata Tuko dihubungi Kompas.com, Selasa (10/9/2019).

Tuko menjelaskan, seseorang yang memiliki penyakit jantung berisiko besar mengalami dampak buruk dari obat kuat. Obat kuat dapat memacu kinerja jantung dan melebarkan pembuluh darah, sehingga meningkatkan impuls listrik jantung.

"Mati karena obat kuat jarang terjadi, tapi bisa. Karena apa? Karena overdosis, atau karena pasien sudah memiliki sakit jantung," ujarnya.

Dikatakan Tuko, pasien penderita sakit jantung tetap bisa melakukan seks dengan aman dan memakai obat kuat dengan aman, selama sudah melakukan konsultasi dengan dokter jantung.

Sependapat dengan hal tersebut praktisi dan akademisi kesehatan, Dr Ari Fachrial Syam SpDd-KGEH, menyatakan bahwa perlu sekali pengguna obat kuat untuk melakukan cek isi obat kuat yang akan dikonsumsi.

"Kita musti cek isi obat kuat tersebut apa, bisa saja menjadi overdosis atau pasien sudah ada masalah dengan jantung dan meninggal karena mengosumsi obat kuat tersebut," tutur Ari kepada Kompas.com, Selasa (10/9/2019).

Obat kuat atau biasa disebut viagara atau sidenafil, menurut Ari merupakan obat yang banyak digunakan untuk pasien dengan disfungsi ereksi.

"Harus hati-hati pada pasien dengan sakit jantung atau liver, riwayat stroke atau serangan jantung atau juga pasien yang mempunyai tekanan darah rendah," tukas Ari.

Baca juga: Peneliti Brasil: Racun Laba-laba Pisang Lebih Efektif Dibanding Viagra

Dalam artikel Kompas.com yang dipublikasikan pada 4 Agustus 2016, dijelaskan bahwa viagra bekerja dengan menghambat enzim phosphodiesterase type 5 (PDE-5). Hal ini membuat otot di penis rileks dan aliran darah dapat mengalir lancar sehingga terjadi ereksi.

Akan tetapi, viagra juga berfungsi sebagai penurun tekanan darah atau vasodilator sehingga dosis yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan kardiovaskular, seperti fluktuasi tekanan darah dan irama jantung tidak teratur.

Oleh karena itu, sebelum mengonsumsi viagra, pastikan Anda telah melakukan konsultasi dengan dokter dan benar-benar memahami cara pemakaiannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau