Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/09/2019, 12:30 WIB

KOMPAS.com - Studi terbaru mengungkap, ketika ibu hamil mengalami stres selama masa kehamilan, anak-anak mereka berisiko 10 kali lipat terkena gangguan kepribadian saat berusia 30 tahun.

Bahkan stres berkepanjangan, menurut penelitian tersebut dapat berdampak pada perkembangan sang anak dan berlanjut setelah persalinan.

Para pakar mengajukan beberapa pertanyaan terhadap lebih dari 3.600 ibu hamil di Finlandia tentang tingkat stres yang mereka alami, lalu mereka juga memantau perkembangan anak dari para ibu tersebut.

Psikiater mengatakan para calon ibu harus memiliki akses untuk mendapatkan bantuan kesehatan mental.

Baca juga: Pidato Jokowi Benar, Pembangunan SDM Dimulai dari Kesehatan Ibu Hamil

Faktor-faktor penting lainnya, seperti bagaimana anak-anak dibesarkan, situasi keuangan keluarga dan trauma yang dialami selama masa kanak-kanak, diketahui berkontribusi dan bisa berperan pada perkembangan gangguan kepribadian.

Apa itu gangguan kepribadian?

Penyakit ini menyebabkan gangguan terhadap aspek-aspek kepribadian seseorang yang membuatnya sulit menjalani kehidupan, juga bagi orang lain.

Mereka bisa mengalami kecemasan berlebih atau tidak stabil secara emosional, misalnya, atau paranoid atau antisosial.

Gangguan kepribadian diperkirakan mempengaruhi sekitar satu dari 20 orang.

Mereka lebih cenderung memiliki masalah kesehatan mental lain, seperti depresi, atau masalah narkoba dan alkohol.

Seperti gangguan mental lain, pola pengasuhan, permasalahan otak, dan gen dapat berperan dalam perkembangan mereka.

Penelitian

Setiap bulan selama kehamilan, penelitian - yang dituangkan dalam British Journal of Psychiatry - meminta para perempuan untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang tingkat stres mental mereka.

Mereka harus mengatakan jika mereka mengalami stres, agak stres atau tidak stres.

Para perempuan itu tinggal di sekitar kota Helsinki, Finlandia, dan bayi-bayi mereka lahir antara tahun 1975 dan 1976.

Tercatat ada 40 anak yang didiagnosis gangguan kepribadian, ketika anak-anak mereka berumur 30 tahun, kesemuanya merupakan kasus terparah yang mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit.

Hasil dari penelitian menyebutkan, stres berkepanjangan dan dalam level tinggi selama kehamilan berpotensi memiliki efek panjang terhadap anak-anak.

Anak-anak yang terpapar stres dari ibunya kemungkinan mengalami gangguan kepribadian 9,53 kali lipat dibanding mereka yang ibunya tidak mengalami stres.

Anak-anak yang terpapar stres sedang, memiliki peluang empat kali lipat.

Ini bisa berupa stres terkait dengan masalah hubungan, faktor sosial atau masalah psikologis, misalnya.

Mengapa stres itu merusak?

Tidak diketahui bagaimana stres pada ibu-ibu hamil dapat meningkatkan risiko gangguan kepribadian.

Mungkin ini terkait dengan perubahan yang terjadi di otak atau akibat gen bawaan, atau sejumlah faktor lain dalam pengasuhan anak-anak.

Para peneliti mencoba untuk menghilangkan efek stres itu terlebih dahulu, dengan mengendalikan faktor-faktor lain seperti riwayat kejiwaan para ibu hamil, apakah mereka merokok selama kehamilan atau mengalami depresi.

Penelitian sebelumnya telah menemukan hubungan antara stres dalam kehamilan dan perkembangan depresi, kecemasan dan skizofrenia.

Pencegahan

Dr Trudi Senevirante, yang mengepalai fakultas perinatal di Royal College of Psychiatrists mengatakan kehamilan bisa menjadi masa yang penuh tekanan dan para calon ibu membutuhkan bantuan.

"Jika stres tidak ditanggulangi, ada kemungkinan besar itu akan masuk ke periode pascakelahiran," katanya.

"Ini hal yang sangat sensitif untuk dibicarakan.

"Kami tidak ingin para orang tua berpikir mereka merusak anak-anak mereka, tetapi tingkat stres yang tinggi mempengaruhi kita."

Ia mengatakan badan layanan kesehatan Inggris, NHS, secara dramatis sudah meningkatkan layanan kesehatan mental perinatal selama beberapa kali.

Menurunkan stres selama kehamilan

Para calon ibu harus mendapatkan dukungan selama di rumah dan di tempat pekerjaan selama kehamilan dan diberikan strategi bagaimana menyesuaikan diri ketika mereka stres, kata Dr. Senevirante.

"Mereka perlu belajar untuk beristirahat, meminta dukungan dan berbicara dengan seseorang tentang bagaimana perasaan mereka."

Mereka juga disarankan untuk menjalani pola makan berimbang, berhenti merokok, dan tidur teratur.
Dan setelah kelahiran?

Penulis utama dalam penelitian ini, Ross Brannigan, dari Royal College of Surgeons di Irlandia, mengatakan, "Studi ini menyoroti pentingnya dukungan untuk mengatasi stres dan kesehatan mental bagi para perempuan hamil dan keluarga selama masa kehamilan dan setelah melahirkan."

Baca juga: Stres pada Anak Autisme, Faktor, Efek dan Cara Mengendalikannya

Bidan atau petugas kesehatan harus bertanya apakah Anda pernah memiliki masalah dengan kesehatan mental Anda di masa lalu dan apakah Anda memiliki perasaan putus asa setelah bayi Anda lahir.

Para dokter akan menawarkan bantuan kesehatan untuk membantu Anda mengelola perasaan Anda.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Mengapa Ular Berganti Kulit?

Mengapa Ular Berganti Kulit?

Oh Begitu
Apakah Fungsi Kumis pada Gajah?

Apakah Fungsi Kumis pada Gajah?

Oh Begitu
Benarkah Bulu yang Dicukur Akan Tumbuh Lebih Cepat dan Lebat?

Benarkah Bulu yang Dicukur Akan Tumbuh Lebih Cepat dan Lebat?

Oh Begitu
7 Hewan Penghuni Amazon, Ada Ular Besar dan Burung Warna-warni

7 Hewan Penghuni Amazon, Ada Ular Besar dan Burung Warna-warni

Oh Begitu
Mengenal Obesitas yang Bisa Sebabkan Banyak Penyakit

Mengenal Obesitas yang Bisa Sebabkan Banyak Penyakit

Kita
10 Negara Terpanas di Dunia Versi World Atlas

10 Negara Terpanas di Dunia Versi World Atlas

Fenomena
Apakah Mikropenis Dapat Diobati?

Apakah Mikropenis Dapat Diobati?

Oh Begitu
Benarkah Kantong Teh Bermanfaat untuk Mata?

Benarkah Kantong Teh Bermanfaat untuk Mata?

Oh Begitu
Paus Fransiskus Jalani Operasi Hernia, Kondisi Apa Itu?

Paus Fransiskus Jalani Operasi Hernia, Kondisi Apa Itu?

Oh Begitu
Gurita Ternyata Mampu Mengatur Ulang Otak untuk Beradaptasi

Gurita Ternyata Mampu Mengatur Ulang Otak untuk Beradaptasi

Fenomena
Seperti Apa Buaya Terbesar di Dunia yang Hidup di Penangkaran?

Seperti Apa Buaya Terbesar di Dunia yang Hidup di Penangkaran?

Oh Begitu
Berapa Banyak Samudra yang Ada di Bumi?

Berapa Banyak Samudra yang Ada di Bumi?

Fenomena
Suhu Lautan Bumi Catat Rekor Paling Hangat

Suhu Lautan Bumi Catat Rekor Paling Hangat

Fenomena
Gajah di Kebun Binatang Ternyata Juga Menikmati Kehadiran Pengunjung

Gajah di Kebun Binatang Ternyata Juga Menikmati Kehadiran Pengunjung

Oh Begitu
Seperti Apa Cara Baru Steril Kucing Betina?

Seperti Apa Cara Baru Steril Kucing Betina?

Fenomena
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com