KOMPAS.com - Autoimun diartikan sebagai kondisi di mana sistem imun mengalami kegagalan dalam menjalankan fungsi normalnya. Gangguan karena autoimun ini bisa menyebabkan berbagai penyakit, yang kemudian dikenal sebagai penyakit autoimun.
Penyakit autoimun masih terasa asing di telinga dan tidak sepopuler penyakit lainnya. Ambil contohnya seperti flu, demam berdarah, diare, dan lain sebagainya.
Namun nyatanya, ada lebih dari 80 jenis penyakit autoimun dengan berbagai gejala yang tidak sama antara satu dan lainnya.
Dilansir Hello Sehat, dr. Sandra Sinthya Langow, Sp.PD-KR berkata, penyakit autoimun secara garis besar dikelompokkan ke dalam dua kategori.
Pertama, penyakit autoimun organ spesifik, dan kedua yaitu penyakit autoimun sistemik.
Baca juga: Cerita 2 Pasien Atasi Nyeri Reumatik Autoimun dengan Agen Biologik
Sesuai namanya, penyakit autoimun organ spesifik menyerang tepat di satu organ tubuh saja, contohnya vitiligo pada kulit.
Sebaliknya, penyakit autoimun sistemik bisa menyerang seluruh bagian organ tubuh, seperti lupus, rheumatoid arthritis (RA), dan ankylosing spondylitis.
Biasanya, satu orang memang hanya memiliki satu jenis penyakit autoimun.
Meski demikian, jika Anda mengalami suatu penyakit autoimun, Anda memiliki kecenderungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang normal untuk mengalami jenis penyakit autoimun lainnya.
Contohnya jenis penyakit autoimun yang bisa terjadi bersamaan yakni rheumatoid arthritis (RA) bersama Sindroma Sjogren, atau Sindroma Sjogren dengan lupus.
Sedangkan untuk penyebab suatu penyakit autoimun bisa berisiko mengakibatkan penyakit autoimun lainnya belum diketahui secara pasti.
"Penyebab utamanya diduga karena faktor genetik, disertai dengan faktor lingkungan seperti infeksi virus, bakteri, merokok, serta paparan bahan kimia tertentu yang turut memiliki andil," kata dr. Sandra.
Memang, seseorang yang memiliki penyakit autoimun punya kecenderungan yang lebih tinggi daripada orang normal untuk mengalami jenis penyakit autoimun lainnya.
Namun, kasus ini mungkin bisa datang bersamaan, maupun terpisah.
Dalam arti, satu jenis penyakit autoimun mungkin hadir lebih dulu, baru kemudian membuat Anda mengalami penyakit autoimun yang lan.
Di sisi lain, keduanya bisa muncul dalam waktu yang berdekatan atau hampir berbarengan, tapi dengan serangkaian gejala berbeda.
Begitu pula dengan keparahannya gejala, bisa sama-sama parah atau salah satu penyakit lebih dominan.
Nah, berikut perbedaan gejala dari penyakit autoimun RA, lupus, dan Sindroma Sjogren:
Gejala RA
Gejala awal RA meliputi munculnya rasa nyeri dan kaku pada jari-jari tangan, khususnya di pagi hari. Keluhan ini biasanya akan membaik dengan sendirinya setelah selesai melakukan aktivitas fisik.
Akan tetapi jika tidak segera diobati, RA bisa merusak persendian di sekujur tubuh. Selain itu, tulang juga bisa mengalami kerusakan. Lama kelamaan, kondisi ini dapat menyebabkan gangguan dan cacat pada sendi.
Gejala lupus
Gejawa awal lupus ditandai dengan rasa nyeri kronis pada sendi, sariawan, rambut rontok, kemerahan di wajah, kelainan pada kulit, muka pucat, dan demam.
Semakin lama diobati, lupus berisiko menimbulkan kerusakan pada organ vital tubuh. Misalnya jantung, paru-paru, ginjal, dan otak.
Gejala Sindroma Sjogren
Gejala awal Sindroma Sjogren meliputi nyeri pada persendian, badan lemah, serta mata dan mulut yang kering. Penyakit autoimun ini juga harus segera diberi penanganan.
Sebab jika tidak, bisa mengakibatkan kerusakan pada mata dan gigi, hingga gangguan pada organ tubuh lainnya, contohnya paru-paru dan ginjal.
Setelah mengetahui kalau seseorang yang mengalami penyakit autoimun memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk mengalami penyakit autoimun lain, mungkin Anda bertanya-tanya mengenai kemungkinan kesembuhannya.
"Begini, pada prinsipnya, belum ada obat yang benar-benar bisa menyembuhkan penyakit autoimun. Hanya saja, Anda bisa bernapas lega karena penyakit autoimun masih bisa dikendalikan dengan pengobatan," ujar dr. Sandra.
Proses pengobatan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan yang lebih parah pada organ tubuh, sekaligus membantu agar Anda bisa mencapai fase remisi.
Fase remisi adalah kondisi saat gejala penyakit autoimun berada dalam keadaan stabil. Artinya, Anda tidak mengalami berbagai gejala yang biasanya Anda alami.
Namun lagi-lagi, ini bukan berarti Anda telah sembuh. Karena pengobatan ini bertugas untuk mengontrol perkembangan penyakit, dan bukan memulihkan sepenuhnya.
Nah, pengobatan ketika Anda mengalami penyakit autoimun bisa dibedakan menjadi dua macam, yakni:
"Sayangnya, saya sering menemui kasus pasien penyakit autoimun dengan kondisi yang sudah cukup parah. Ini biasanya terjadi karena pasien tersebut terlambat mendapatkan obat jenis kedua dan hanya mendapatkan obat pereda gejala," ujar dia.
Padahal, obat jenis kedua tidak kalah penting karena betugas untuk memperlambat perkembangan penyakit.
Baca juga: Terbukti, Penyakit Autoimun Multiple Sclerosis Disebabkan Bakteri Usus
Sejauh ini, belum semua jenis penyakit autoimun bisa dicegah. Tindakan yang bisa Anda lakukan yakni berupa deteksi dini, yang kemudian dapat membantu menghambat agar perkembangan penyakit tidak semakin memburuk nantinya.
Pantangan yang boleh dan tidak boleh Anda lakukan setelah didiagnosis mengalami dua jenis penyakit autoimun sekaligus biasanya tergantung dari jenis penyakit yang Anda miliki.
Pada intinya, menerapkan pola hidup sehat, makan teratur, mengurangi makan daging dan makanan berlemak, memperbanyak makan sayur, bisa membantu menjaga kondisi tubuh Anda.
Jangan lupa juga untuk berolahraga teratur, mengendalikan stres, serta rutin berobat dengan tetap mematuhi anjuran rheumatologist Anda. Kesemua cara tersebut setidaknya bisa membantu menghambat perkembangan penyakit.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.