Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Temukan Tengkorak 3,8 Juta Tahun, Ahli Bingung soal Asal Usul Manusia

Kompas.com - 02/09/2019, 07:17 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Editor

KOMPAS.com - Peneliti menemukan tengkorak kera yang mirip nenek moyang manusia berumur 3,8 juta tahun di Ethiopia.

Analisis terhadap spesimen ini berpeluang mengubah gagasan bagaimana manusia pertama berevolusi dari nenek moyang yang mirip kera.

Ide bahwa manusia pertama antara lain berevolusi dari kera yang diberi nama Lucy, mungkin harus dipertimbangkan ulang.

Penemuan baru ini dilaporkan di jurnal Nature.

Tengkorak ini ditemukan oleh Prof. Yohannes Haile-Selassie di tempat bernama Miro Dora, yang berada di Distrik Mille di Afar, Ethiopia.

Baca juga: 3 Juta Tahun Lalu, Kaki Moyang Manusia Lebih Mirip Simpanse

Ilmuwan yang berafiliasi ke Cleveland Museum of Natural History di Ohio, Amerika Serikat, ini menyatakan ia segera bisa mengenali nilai penting fosil ini.

"Saya bilang ke diri saya sendiri, 'Ya Tuhan, benarkah yang saya lihat ini?' Tiba-tiba saya melompat kegirangan ketika tahu inilah yang saya impikan selama ini," katanya kepada BBC News.

Prof. Haile-Selassie mengatakan spesimen ini merupakan contoh terbaik dari makhluk mirip kera yang dianggap jadi nenek moyang manusia yang diberi nama Australopithecus anamensis.

Ia merupakan australopithecine tertua yang pernah hidup sekitar 4,2 juta tahun lalu.

Diperkirakan A. anamensis merupakan nenek moyang langsung dari spesies yang diberi nama Australopithecus afarensis.

Sedangkan A. afarensis diperhitungkan menjadi nenek moyang langsung kelompok (genus) manusia, yang dikenal dengan sebutan Homo, yang termasuk di dalamnya manusia yang hidup sekarang ini.

Penemuan pertama kerangka afarensis di tahun 1974 menyebabkan sensasi. Ia diberi nama julukan Lucy oleh para ilmuwan yang berasal dari lagu The Beatles, Lucy in the Sky With Diamonds, yang diputar di situs penggalian.

Baca juga: Siapakah Lucy Si "Australopithecus"? Inilah Jawabannya

 

Lucy disebut sebagai "kera pertama yang berjalan" dan berhasil menarik perhatian publik.

Namun Profesor Fred Spoor dari Natural History Museum, London, menyatakan bahwa anamensis "tampaknya akan menjadi ikon dari evolusi manusia".

Alasannya karena anamensis dan afarensis ternyata pernah hidup berdampingan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com