KOMPAS.com - Elang merupakan salah satu jenis hewan yang hampir punah yang dilindungi. Kendati demikian masih tetap banyak perburuan dan pemeliharaan secara ilegal terhadap hewan ini.
Akhirnya berbagi risiko terjadi pada elang. Selain kodisi fisik yang 'cacat', hewan ini juga bisa mengalami kehilangan insting hidup di alam bebas.
Menyadari hal tersebut, lembaga Jakarta Animal Aid Network (JAAN) melakukan konservasi elang bondol sejak tahun 2005, di Pulau Kotok, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
Mereka telah melakukan kerjasama dengan berbagai pihak seperti Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI Jakarta dan PT Pertamina (persero).
Baca juga: Menjelajah Pulau Kotok, Pusat Rehabilitasi Elang Bondol
Berbagai proses rehabilitasi elang dilakukan di Pulau Kotok ini. Pada dasarnya menurut Ketua JAAN, Benvika, mengatakan bahwa untuk melakuakn rehabitasi terhadap elang memang dibutuhkan tahap yang berjangka.
"Untuk rehabitasi terhadap elang itu sendiri, selain tahapannya berjangka, waktunya pulihnya juga tergantung kondisi elangnya itu sendiri. Seringnya hingga berbulan-bulan baru nalurinya kembali lagi," ujar pemuda yang akrab disapa Ben itu.
Tahap pertama
Dalam fase ini, setelah elang yang disita oleh BKSDA dikirim ke pusat rehabilitasi elang di Pulau Kotok. JAAN akan mengidentifikasi luka fisik dan potensi elang tersebut untuk di kembalikan ke alam bebas.
Jika elang tersebut mengalami cacat fisik yang serius. Maka elang-elang yang cacat serius akan di masukkan ke dalam satu kandang dengan nama sanctuary.
Tahap kedua
Jika elang yang diperoleh masil dalam kondisi fisik yang baik, maka akan dimasukkan ke kelompok treatment 1, yakni berada dalam kandang besar, dipisah satu dengan yang lainnya, dan diberikan pakan ikan mati di dalam kolam buatan.
Perlahan, akan mulai mencoba memakan ikan mati tersebut, untuk merangsang naluri elang (kembali).
Tahap ketiga
Jika elang tersebut telah lulus pada treatment 1, maka akan masuk dalam kelompok treatment 2. Treatment kedua ini bisa dilakukan di dalam kandang yang sama.
Namun, kondisi elang bondol biasanya sudah lebih agresif. Makan yang diberikan adalah ikan hidup. Tak hanya itu, elang ini tetap dipisahkan satu dengan yang lainnya.
"Elang itu kalau fisiknya baik, biasanya masih ada insting territorial. Jadi harus dipisah kandangnya, kalau tidak akan berkelahi mereka (elang-elang itu)," jelas Ben.
"Nah, kalau elang itu sudah bisa makan ikan hidup dan kembali terbang, seolah dia ngambil (makan) ikan di laut. Itu berarti si elang siap untuk dilepas. Insting berburu dan bertahan (hidup) di alam liarnya sudah kembali," imbuhnya.
Baca juga: Elang Osprey Terlihat Berburu Mangsa di Danau Limboto
Tahap SOS
Selanjutnya Elang Bondol akan dibawa ke kelompok SOS 2 atau tempat sosialisasi. Di dalam area SOS 2, tidak boleh terdengar suara manusia, atau kegaduhan.
Biasanya kandang yang dibuat bahkan akan ditutupi kain hitam dan semi terbuka. Elang Bondol akan di ‘tes’ kemampuannya hidup mandiri, untuk selanjutnya dilepasliarkan.
Pola pemberian makan pada ke empat tahap ini dilakukan dini hari sekitar pukul 4 - 6 pagi, dan diberikan dengan cara petugas akan melemparkan makanannya melalui selang yang dikondisikan ke dalam kandang.
"Ya, kalau ngasih makannya harus sebelum terang (kondisi gelap), soalnya biar enggak ada kontak langsung dengan manusia, elang itu tipenya mudah stres kalau berisik," jelas Ben.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.