Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aktivitas "Fangirling" dan "Berisik"-nya Fans Kpop di Dunia Maya

Kompas.com - 14/08/2019, 16:31 WIB
Rosiana Haryanti,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Media sosial sering diramaikan dengan beragam percakapan mengenai selebritas Korea Selatan.

Coba tengok timeline trending Twitter Indonesia. Hampir setiap hari, tagar yang membahas mengenai aktivitas dan kontroversi yang terjadi di kalangan selebritas asal Negeri Ginseng tersebut.

Pada hari ini, Rabu (14/8/2019) misalnya, terdapat beberapa tagar khusus mengenai selebritas Korea Selatan, seperti #100MostHandsomeFaces2019, #SEHUN, #CONGRATS FOR YOUR DEBUT,  #JYPE_CancelGOT7HKConcerts dan tagar lainnya.

Kemarin, tagar #YoongiWeLoveYou muncul dan bertengger timeline Twitter Indonesia selama seharian. Tagar ini merupakan dukungan untuk anggota boyband asal Korea Selatan, BTS, yakni Suga.

Baca juga: Trending #YoongiWeLoveYou dan Militansi Fans Kpop di Media Sosial

Tak hanya itu, aktivitas yang biasa disebut dengan fangirling ini juga merambah ke kegiatan personal.

Para penggemar tersebut bahkan memiliki determinasi tinggi dan rela mengeluarkan uang untuk memborong merchandise atau membeli tiket konser maupun film dengan harga di atas rata-rata.

Fenomena ini terjadi salah satunya karena adanya kondisi yang dinamakan celebrity worship. Dosen psikolog sosial dari Universitas Airlangga, Rizqy Amelia Zein mengungkapkan, celebrity worship adalah kondisi di mana penggemar merasa memiliki kedekatan atau keterikatan obyek atau individu.

"Sebenarnya fenomena biasa, hanya saja mungkin karena orangnya banyak, terus lebih solid, lebih outspoken, dan mereka mungkin juga lebih agresif, karena pada level yang sudah adiksi lebih banyak," ucap Rizqy kepada Kompas.com, Selasa (13/8/2019).

Tangkap layar trending Twitter, Selasa (14/8/2019)Twitter Tangkap layar trending Twitter, Selasa (14/8/2019)
Perilaku fangirling ini sebenarnya bukan hanya terjadi di kalangan penggemar budaya Korea saja. Rizqy berpendapat, ramainya pembahasan budaya Korea, karena Indonesia merupakan salah satu penyumbang besar untuk industri pop-culture Korea.

Selain itu, kuatnya "suara" para fans budaya pop Korea ini juga disebabkan menjamurnya penggunaan media sosial.

Menurut dia, media sosial menjadi salah satu tempat para fans dapat berkomunikasi secara langsung dengan selebritas.

Rizqy mengungkapkan, di dunia maya, fenomena fangirling ini lebih terlihat karena setiap individu bertemu serta berkomunikasi langsung dengan penggemar lainnya.

Adanya wadah sosial ini membuat para penggemar dapat menyuarakan dukungan langsung untuk selebritas favoritnya. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan fenomena fangirling pada dekade sebelumnya.

Baca juga: Mengenal Celebrity Worship yang Menjangkiti Para Fans Militan Kpop

"Menariknya, saat itu relasinya sifatnya parasocial, kalau dulu misalnya fans dengan Westlife saya ngefans banget tapi akan berbeda nuansanya dan bentuk relasinya dengan anak-anak yang fangirl atau yang nge-fans sama idol Korea, kenapa? Karena ada media sosial itu, jadi seolah-olah idol itu bisa bicara langsung sama fansnya," ucap dia.

Perilaku fangirling

Dalam menyikapi fenomena ini, Rizqy menuturkan, dalam ilmu psikologi terdapat dua model yang menggambarkan perilaku mereka yang disebut absorbtion dan addiction. Dalam tahap absorbtion, para fans umumnya hanya mencari tahu mengenai informasi selebritas idolanya.

"Nah dulu mungkin paling mentok-mentoknya paling di absorbtion jadi kayak hidup itu diserap energinya untuk mencari tahu semua hal tentang idola saya," ucap Rizqy.

Sedangkan dalam tahap addiction atau adiksi, kegiatan fangirling ini bisa membuat orang menjadi delusional hingga mengganggu ekspektasi seseorang akan bagaimana seharusnya dunia bekerja.

Sehingga, lanjut Rizqy, adiksi dapat mengganggu kehidupan personal seseorang. Dia melanjutkan, tahap adiksi dalam fangirling sudah bukan kegiatan sampingan namun bisa menjadi aktivitas utama.

Bahayanya, kegiatan ini dapat mengganggu kesibukan sehari-hari, bahkan sampai pada disfungsi.

Salah satu contohnya adalah gambaran pasangan yang ideal. Dalam tahap tertentu, seseorang dapat menentukan kriteria ideal pasangan sesuai dengan gambaran idola mereka.

Girlband asal Korea Selatan bentukan YG Entertainment, BLACKPINK.Soompi Girlband asal Korea Selatan bentukan YG Entertainment, BLACKPINK.
"Jadi kalau sticking sama satu secara terus menerus itu justru malah bikin kita jadi enggak sehat," ujar Rizqy.

Untuk itu, jika seseorang merasakan disfungsi hingga mengganggu kehidupan personal, maka ada baiknya untuk mencari aktivitas lainnya.

Baca juga: Remaja yang Tak Mampu Hadapi Kesedihan dan Fans Zayn Malik

Dia melanjutkan, adiksi ini memang terlihat menjangkiti dan melekat pada kelompok usia tertentu, seperti remaja awal. Ini karena, pintu masuk untuk mengenal idola biasanya datang dari teman sebaya.

Namun, Rizqy menambahkan, tidak menutup kemungkinan jika hal ini juga menyebar di kelompok usia lain.

"Jadi mereka itu kenal idol gini tahu dari mana? Itu pengaruh terbesar adalah teman sebaya dan kelompok usia di mana kita itu lebih banyak dipengaruhi oleh teman adalah remaja," ucap Rizqy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau