Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal "Celebrity Worship" yang Menjangkiti Para Fans Militan Kpop

Kompas.com - 13/08/2019, 19:33 WIB
Rosiana Haryanti,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Media sosial kerap diramaikan oleh berbagai perbincangan. Mulai dari hobi dan kuliner hingga perdebatan antar-penggemar yang fanatik atau tergila-gila pada sosok idola.

Salah satu hal yang sering meramaikan perdebatan di media sosial adalah perseteruan antar-kelompok fans dengan kelompok lain atau penggemar dengan sosok terkenal.

Beberapa waktu lalu, seorang pembawa acara program televisi Yunani, Katerian Kainourgio dikecam fans setelah dianggap menghina Jungkook dan V BTS, Sehun EXO, serta Kang Daniel Eks Wanna One dengan kata-kata tidak sopan.

Setelah mendapatkan berbagai macam pesan dari para penggemar, Katerian lalu meminta maaf kepada fans yang merasa terhina atas komentar dan candaan yang ia keluarkan.

Baca juga: Nicky Westlife: Luar Biasa, Fans Indonesia Tak Pernah Bosan dengan Kami

Di Indonesia sendiri, rapper Young Lex pernah mendapatkan kecaman dari penggemar girlband BLACKPINK. Saat itu, Young Lex memberikan komentar tak senonoh terhadap salah satu personil girlband tersebut, Lisa.

Hal itu membuat rapper ini mendapatkan petisi dan dilarang menghadiri acara jumpa penggemar dengan Lisa BLACKPINK di Indonesia.

Selain itu, artis Luna Maya juga pernah mendapatkan komentar negatif saat dia hanya mengikuti akun Instagram idola K-Pop selain boyband BTS. Luna pun kemudian menuliskan tanggapannya yang merasa heran karena perilaku pengikutnya yang menjadikan hal tersebut sebagai masalah.

Fenomena ini, menurut dosen psikolog sosial dari Universitas Airlangga, Rizqy Amelia Zein, merupakan perilaku yang disebut sebagai Celebrity WorshipRizqy mengungkapkan, kondisi ini bukanlah fenomena baru dan sudah berlangsung sejak lama.

"Jadi prinsipnya, celebrity worship ini manifestasi relasi yang sifatnya parasocial, jadi punya kedekatan atau keterikatan sama seorang obyek atau individu, tetapi si individu (idola) tersebut enggak sadar bahwa secara langsung berinteraksi dengan fansnya," ucap Rizqy kepada Kompas.com, Selasa (13/8/2019).

Boyband kpop BTSKoreaboo Boyband kpop BTS
Kondisi ini, menurut Rizqy, bisa berdampak positif maupun negatif. Berefek positif, bila kondisi ini mampu meningkatkan determinasi diri para fans. Rizqy mengungkapkan, sisi positif ini terlihat dari para fans yang juga ingin sukses seperti idolanya.

Menurutnya, jika para selebritas itu menujukkan sikap baik dan memiliki karakteristik positif, maka sifat tersebut dapat ditiru oleh para penggemarnya.

Namun kondisi ini juga memiliki dampak negatif. Menurut Rizqy, ada beberapa simtom atau gejala psikiatri yang diasosiasikan dengan celebrity worship, termasuk depresi, kecemasan, kemudian pengalaman disosiatif atau kecenderungan memisahkan diri dari kelompok.

Baca juga: Dari Kacamata Psikolog, Sobat Ambyar Didi Kempot Bukan Fans Musiman

"Pengalaman disosiatif itu sampai pada individu itu hilang kontak dengan realitas, jadi sampai delusional," ucap dia.

Bahkan Rizqy menyebut, ada penggemar yang menjadi delusional dan menganggap para fans itu sebagai bagian dari hidup mereka.

Hal ini juga menjadi alasan mengapa banyak orang yang sampai mendewakan idola mereka. Meski begitu, Rizqy mengungkapkan, perilaku para penggemar ini memang tidak bisa dimengerti oleh orang yang tidak memiliki perasaan yang sama.

"Kok mereka sampai segituya, karena saya enggak punya keterikatan apapun sama idol yang mereka idolakan," tutur Rizqy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau