Kedua, di zona tersebut ada fenomena migrasi percepatan titik hiposenter yang semakin cepat menuju titik inisiasi lokasi estimasi gempa utama. Selain itu juga teridentifikasi adanya “repeating earthquakes”.
Ciri gempa ini, terjadi berulang-ulang dan terjadi di segmen tersebut. Secara sederhananya, ini menunjukkan ada sebuah proses yang semakin lama semakin intensif sebelum muncul gempa utamanya (main shock).
"Aktivitas ini mirip kalau kita mau mematahkan kayu, perlahan-lahan ada retakan-retakan kecil sebelum benar-benar terpatahkan," jelas Daryono.
Namun, apakah fenomena rentetan gempa akhir-akhir ini merupakan aktivitas gempa pendahuluan? Hal ini juga masih sulit dijawab karena data aktivitas gempa yang terjadi belum cukup untuk disimpulkan oleh BMKG.
BMKG akan terus melakukan monitoring dengan memfokuskan di zona-zona duga aktif di atas (zona selatan Bali dan Banyuwangi, zona Cilacap dan Pangandaran dan Selat Sunda).
"Kita akan terus amati polanya secara spasial dan temporal," tulis Daryono.
Satu hal yang penting diingat, imbuh Daryono, adalah bahwa tidak semua klaster aktif akan berujung kepada terjadinya gempa besar, meskipun setiap gempa besar selalu didahului oleh serangkaian aktivitas gempa pendahuluan.
Baca juga: Gempa Hari Ini: M 5,1 Guncang Kulon Progo, Terasa Sampai Ponorogo
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.