JAKARTA, KOMPAS.com - Gempa bumi bermagnitudo 7,4 (dimutakhirkan menjadi magnitudo 6,9) berpusat di 164 km arah barat daya Kota Pandeglang, Banten pada kedalaman 48 kilometer memunculkan peringatan dini tsunami.
Gempa Banten terjadi pada Jumat (2/8/2019) pukul 19.03 WIB.
Peringatan dini tsunami dicabut oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pukul 21.35 WIB.
Berikut beberapa fakta seputar gempa Banten ini:
1. Daerah yang merasakan gempa
Gempa yang terjadi tak jauh dari Selat Sunda ini terasa hingga ke beberapa daerah, seperti Jakarta, Depok, Bekasi, Sumedang, Yogyakarta, Solo, Malang, hingga Denpasar.
Durasi gempa di masing-masing wilayah ini berbeda-beda.
Sempat terjadi kepanikan di Sumedang, Jawa Barat, karena gempa yang dirasakan. Di Depok, guncangan terasa selama 15-20 detik.
Baca juga: Kenapa Gempa Banten Terasa Sampai Yogyakarta dan Mataram?
Pantauan BMKG, guncangan terjadi di Lebak dan Pandeglang IV-V MMI; Jakarta III-IV MMI; Bandung, Serang, Bekasi, Tangerang, Bandar Lampung, Purwakarta, Bantul, Kebumen II-III MMI; Nganjuk, Malang, Kuta, Denpasar II MMI.
2. Lempeng Indo-Australia
Kepala Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan, gempa bumi yang mengguncang sebagian wilayah selatan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa dipicu adanya deformasi batuan Lempeng Indo-Australia.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya deformasi batuan dalam Lempeng Indo-Australia," kata Daryono, Jumat malam.
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini dipicu penyesaran oblique yaoti kombinasi gerakan mendatarr dan naik," lanjutnya.
Gempa bumi yang terjadi merupakan gempa tektonik di Samudera Hindia Selatan Selat Sunda.
3. Batuan kuarter