Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Catatan Tangkuban Parahu Erupsi, Mulai Bergejolak 2013 hingga Wisata

Kompas.com - 27/07/2019, 20:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Gunung Tangkuban Parahu erupsi pada Jumat (26/07/2019) pada pukul 15.48 WIB.

Meski hanya berlangsung 5 menit 30 detik, erupsi tadi sore itu seolah terjadi tiba-tiba sehingga mengagetkan masyarakat.

Erupsi kemarin sore seolah terjadi tiba-tiba sehingga mengagetkan masyarakat. Namun, ahli vulkanologi Surono memiliki beberapa catatan tentang fenomena erupsi Tangkuban Parahu.

1. Tangkuban Parahu tetap memberi tanda sebelum erupsi

Surono selalu berkata, alam akan memberikan tanda bila ada suatu aktivitas, tak terkecuali bila gunung api akan erupsi.

Hal ini pula yang dilakukan Tangkuban Parahu.

"Alam itu setiap akan ada kejadian, ada tanda-tandanya," ungkap Surono melalui sambungan telepon.

"Banyak hal tanda-tanda alam yang dapat diamati, termasuk juga kalau akan ada letusan gunung api. Masyarakat bilang hewan akan turun dari puncak, kan itu semua tanda-tanda," imbuhnya.

Baca juga: Tangkuban Parahu Meletus Tiba-Tiba, Ini Catatan dari Ahli

2. Sudah tidak normal sejak 2013

Ahli vulkanologi Surono mengatakan bahwa tidak ada yang tiba-tiba dari letusan Tangkuban Parahu.

"Terakhir saya tangani 2013. Itu enggak normal juga," ujar Surono.

"Walaupun, saya sering tidak akur dengan pengelola wisata di situ. Tapi bagi saya tidak masalah, (karena) lebih baik kita sedia payung saat langit terlihat mendung," tambahnya menganalogikan keadaan Tangkuban Parahu.

Ketika ditanya mengenai jenis erupsi yang terjadi tiba-tiba hari ini, Surono menyebut Tangkuban Parahu mengalami letusan freatik.

"(Sejak 2013) telah terjadi letusan freatik," pungkasnya.

Baca juga: Tangkuban Parahu Meletus, Surono Sebut Sudah Tidak Normal Sejak 2013

3. Letusan freatik masih bisa membahayakan manusia

Surono mengatakan, jenis erupsi yang terjadi di Tangkuban Parahu adalah letusan freatik.

"Sebetulnya saya tidak takut, dari yang saya alami, paling hanya letusan-letusan freatik atau yang sifatnya dominan uap air," sambungnya.

Meski begitu, letusan freatik pun masih bisa membahayakan orang di sekitarnya.

"Orang tidak akan mati terkena letusan freatik, kecuali kalau dekat sekali," kata Surono.

"Namun demikian, wisata untuk Tangkuban Perahu itu terlalu dekat dengan titik letusan, kawah ratu," imbuhnya menyayangkan.

4. Aktivitas wisata terlalu dekat, mitigasi kurang

Sejumlah wisatawan saat memadati kawasan wisata alam Tangkuban Parahu, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (19/6/2018)KOMPAS.com/DENDI RAMDHANI Sejumlah wisatawan saat memadati kawasan wisata alam Tangkuban Parahu, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (19/6/2018)
Kepada Kompas.com, Jumat (26/07/2019), Surono menyebut sering tidak akur dengan pengelola wisata di Tangkuban Parahu karena masalah aktivitas wisatawan yang terlalu dekat.

Surono juga menyoroti bagaimana Tangkuban Parahu menjadi destinasi wisata andalan di Jawa Barat, bahkan di Indonesia. Dia menyayangkan, meski menjadi wisata andalan tapi mitigasi di gunung tersebut belum menjadi prioritas.

"Tangkuban Perahu ini menjadi tujuan wisata andalan bagi Jawa Barat, bagi Indonesia juga. Ini harus ada jaminan mitigasi berjalan dengan baik," tutur Surono.

5. Surono lebih khawatir pada kepanikan warga saat erupsi, bukan letusannya

Bukan perkara letusannya yang dikhawatirkan Surono akan membahayakan para wisatawan, melainkan kepanikan orang saat erupsi itu sendiri.

"Andai ada letusan lalu terjadi kepanikan, orang bisa celaka bukan karena letusan gunung apinya tapi karena kepanikan itu sendiri," ujar Surono.

"Sekarang orang lari tidak pakai kaki lagi, tapi mesin. Entah itu motor, mobil, dan sebagainya," tambahnya.

Kepanikan dapat meicu orang ingin segera turun menggunakan moda tercepat. Ketika itu terjadi, hal paling buruk adalah masalah kecelakaan.

Hal inilah yang menjadi kekhawatiran Surono terhadap erupsi mendadak Tangkuban Parahu.

"Sekarang yang bisa dipertanyakan, berapa jumlah pengelola wisata dan berapa jumlah pengunjung yang diperbolehkan," kata Surono.

"Jadi, ini rasio jumlah pengunjung atau wisatawan yang harus diperhitungkan dengan letusan yang tiba-tiba seperti hari ini," tegasnya.

Baca juga: Tangkuban Parahu Erupsi, Ahli Sayangkan Aktivitas Wisata Terlalu Dekat

Sumber: Kompas.com (Resa Eka Ayu Sartika)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau