Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Potensi Tsunami Selatan Jawa, BMKG Tegaskan Mengungsinya Bukan Sekarang

Kompas.com - 21/07/2019, 11:46 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Informasi viral potensi tsunami selatan Jawa banyak salah ditanggapi. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menerima laporan bahwa banyak warga Cilacap - salah satu wilayah yang tsunaminya diprediksi bisa mencapai 20 meter jika gempa megathrust bermagnitudo 8,8 terjadi - mengungsi.

Menanggapi sikap warga tersebut, Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG menyatakan bahwa warga memang mungkin perlu mengungsi suatu saat nanti jika terjadi bencana tetapi itu tidak perlu dilakukan sekarang.

"Untuk saat ini tidak ada yang perlu ditakutkan dan dikhawatirkan terkait tsunami," katanya. "Sikap waspada harus dilakukan tetapi kami meminta masyarakat agar tidak terlalu takut dan khawatir berlebihan karena malah akan membuat tidak produktif."

Baca juga: Viral Potensi Tsunami Laut Selatan Jawa, Ini Fakta yang Harus Anda Ketahui

Potensi tsunami selatan Jawa didasarkan atas bukti-bukti sejarah adanya tsunami di selatan Jawa beserta pemodelan skenario yang mungkin terjadi pada masa depan. Di Cilacap, ahli menemukan deposit akibat tsunami ribuan tahun lalu.

Dalam 200 tahun terakhir, tsunami telah menghantam selatan Jawa. 4 Januari 1840, menurut Katalog Soloviev and Go, terjadi gempa bermagnitudo 7 memicu tsunami. Lalu pada 11 September 1921, terjadi gempa bermagnitudo 7,5 yang menimbulkan tsunami di Parangtritis dan Cilacap. Terakhir, tsunami Pangandaran pada 2006.

Meski telah berhasil mengungkap beberapa tsunami pada masa lalu dan potensi kejadian pada masa depan, ahli di belahan dunia mana pun belum bisa menentukan kapan tsunami akan terjadi, sebab gempa pemicu tsunaminya sendiri juga tak bisa diprediksi.

Baca juga: Viral Potensi Tsunami Selatan Jawa, BNPB Minta Warga Ingat Rumus 20-20-20

"Gempa kuat hingga saat ini belum dapat diprediksi kapan terjadinya, di mana lokasinya, berapa kekuatannya. Kapan gempa terjadi belum ada yang tahu sehingga jangan mudah percaya isu yang tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya," ungkap Daryono.

Daryono pada Minggu (21/7/2019) menegaskan, BMKG saat berita ini diturunkan tidak mengeluarkan peringatan dini tsunami di wilayah Cilacap atau mana pun di Indonesia. warga tidak perlu khawatir hantaman gelombang tsunami jika beraktivitas di pantai.

Lebih lanjut, warga perlu memahami tentang definisi potensi tsunami. Potensi didasarkan atas sejarah dan perhitungan dengan angka deviasi lebar. Sementara, prediksi merujuk pada sesuatu yang hampir pasti akan terjadi pada waktu dekat.

Baca juga: Viral Potensi Tsunami Selatan Jawa, Jangan Salah Memaknainya

Masyarakat awam juga perlu menyadari bahwa ahli gempa dan tsunami biasa bicara dengan rentang waktu yang lebar, puluhan ribu tahun. Sehingga menurut ahli tsunami purba dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Eko Yulianto, "Segera orang geologi tidak sama dengan segera orang awam."

Viral Berulang Kali

Kompas.com mencatat bahwa isu tsunami selatan Jawa telah viral berulang kali. Tahun 2012, Kompas.com telah menuliskannya dan mengungkap bahwa Jawa bagian tengah merupakan wilayah yang telah lama tidak mengalami gempa besar di subduksi. Jadi, ada kemungkinan patahan di sana menyimpan energi besar.

Tahun 2012 dan kemudian lanjut pada 2016 dan 2017 ketika pakar Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko memaparkan kajiannya di BMKG, isu tsunami selatan Jawa kembali viral dan bahkan memicu upaya kriminalisasi terhadap Widjo.

Baca Juga: Selatan Jawa Wajib waspada Gempa dan Tsunami

Walau telah viral berulang kali, Daryono mencatat bahwa saat ini upaya mitigasi masih belum cukup dilakukan. Ia mengatakan, pemerintah dan publik resah tetapi belum berupaya cukup besar untuk mitigasi bencana.

Ahli tsunami dari Kementerian kelautan dan Perikanan, Abdul Muhari, mengungkapkan bahwa warga perlu berlatih untuk menghadapi tsunami. Menanggapi kepanikan yang sering terjadi akibat informasi potensi bencana, ia mengungkapkan bahwa warga tak cukup ditenangkan.

"Harus dibarengi dengan tindakan yang lebih mendesak yakni implementasi upaya mitigasi baik struktural maupun non-struktural yang direncanakan dengan baik dan tersosialisasikan secara berkelanjutan kepada masyarakat," tegasnya.

Baca juga: Ini Cara Pakar Susun Mitigasi Bencana seperti Potensi Tsunami 57 Meter

 

harus dibarengi dengan tindakan yang lebih mendesak yakni implementasi upaya mitigasi baik struktural maupun non-struktural yang direncanakan dengan baik dan tersosialisasikan secara berkelanjutan kepada masyarakat," tegasnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini Cara Pakar Susun Mitigasi Bencana seperti Potensi Tsunami 57 Meter", https://sains.kompas.com/read/2018/04/11/190500023/ini-cara-pakar-susun-mitigasi-bencana-seperti-potensi-tsunami-57-meter?page=all.
Penulis : Resa Eka Ayu Sartika
Editor : Shierine Wangsa Wibawa

harus dibarengi dengan tindakan yang lebih mendesak yakni implementasi upaya mitigasi baik struktural maupun non-struktural yang direncanakan dengan baik dan tersosialisasikan secara berkelanjutan kepada masyarakat," tegasnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini Cara Pakar Susun Mitigasi Bencana seperti Potensi Tsunami 57 Meter", https://sains.kompas.com/read/2018/04/11/190500023/ini-cara-pakar-susun-mitigasi-bencana-seperti-potensi-tsunami-57-meter?page=all.
Penulis : Resa Eka Ayu Sartika
Editor : Shierine Wangsa Wibawa

harus dibarengi dengan tindakan yang lebih mendesak yakni implementasi upaya mitigasi baik struktural maupun non-struktural yang direncanakan dengan baik dan tersosialisasikan secara berkelanjutan kepada masyarakat," tegasnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini Cara Pakar Susun Mitigasi Bencana seperti Potensi Tsunami 57 Meter", https://sains.kompas.com/read/2018/04/11/190500023/ini-cara-pakar-susun-mitigasi-bencana-seperti-potensi-tsunami-57-meter?page=all.
Penulis : Resa Eka Ayu Sartika
Editor : Shierine Wangsa Wibawa

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau