Melalui situs IAPP dia menulis bahwa privasi bukan anomali dan bahkan berakar pada Perjanjian Lama. Ketika orang-orang Israel melalui padang pasir selama beberapa dekade, mereka memasang tenda dengan aturan pintunya tidak saling berhadapan.
Filsuf Romawi, Marcus Tullius Cicero, juga pernah menegaskan mengenai privasi rumah. Dia menyebut rumah sebagai altar, tungku dan tempat dewa-dewa rumah, ritual suci dan upacara religius dilaksanakan.
Privasi pada zaman kuno, tulis Tene, bahkan juga menyentuh komunikasi. Pada tahun 1.000, sinode Rabbeinu Gershom mengeluarkan larangan membuka dan membaca surat orang lain.
“Ini meletakkan fondasi untuk hukum penyadapan modern, mulai dari pembedaan antara isi komunikasi (apa yang ditulis dalam surat) dan data traffic (apa yang ada pada amplop),” tulis Tene.
Lebih jauh, Tene juga mengutip argumen Alan Westin dalam buku Privacy and Freedom bahwa berbagai studi perilaku dan organisasi sosial hewan menunjukkan bahwa kebutuhan manusia akan privasi mungkin memiliki memiliki mekanisme yang sama.
“Satu temuan dasar dari studi hewan adalah setiap hewan mencari periode mengasingkan diri atau intimasi kelompok kecil,” tulis Westin.
Zona intimasi ini, tulis Tene, penting bagi perkembangan individualitas, intimasi dan kebebasan manusia.
Oleh karena itu, dia pun menegaskan bahwa privasi bukan anomali, tetapi sebuah kontruksi mendalam yang berevolusi seiring waktu dan akan terus ada.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.