Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta-fakta Suhu Dingin Bandung, dari Kemarau sampai Angin Australia

Kompas.com - 17/07/2019, 12:55 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com — Beberapa hari terakhir suhu dingin terjadi di Bandung. Suhu dingin di Bandung bisa mencapai 15 derajat celsius, sementara di Lembang bisa sampai 13 derajat celsius.

Mulyono Rahadi Prabowo selaku Kepala Deputi Bidang Meteorologi BMKG menjelaskan, suhu dingin pada malam hari disebabkan oleh musim kemarau.

Mulyono menjelaskan, pada siang hari Bumi akan menyerap panas karena tutupan awal lebih sedikit sehingga panas dari Matahari akan langsung diterima Bumi dan permukaan Bumi lebih panas.

Kemudian pada malam hari, panas yang diserap pada siang hari akan dilepaskan kembali ke atmosfer sehingga pada malam suhu lebih dingin.

Baca juga: Dieng Dilanda Suhu Dingin Ekstrem, Ini Penjelasan BMKG

"Saat siang, Bumi sifatnya menyerap (panas). Maka suhu Bumi lebih rendah daripada Matahari. Kemudian pada malam hari, suhu Bumi lebih tinggi dibanding Matahari sehingga panas akan dipancarkan atau dikembalikan lagi ke atmosfer," ujar Mulyono dihubungi Kompas.com, Rabu (17/7/2019).

"Ketika Bumi melepaskan panas (di malam hari), suhu di permukaan turun. Itu yang menyebabkan malam lebih dingin," kata dia.

Selain hal itu, faktor elevasi atau ketinggian suatu daerah juga berpengaruh pada suhu dingin.

"Secara topografi, makin tinggi elevasinya makin rendah suhunya," ungkap Mulyono.

Berbeda dengan daerah pesisir, meski mengalami perubahan suhu, penurunannya tidak sedrastis di daerah dataran tinggi. Di dataran tinggi, kemarau hampir selalu disertai suhu dingin saat malam.

"Misalnya saja suhu di Ancol dan Bogor pada pukul 22.00. Bisa saja suhu di Ancol 29 derajat (celsius), sedangkan di Bogor bisa 23 derajat (celsius)," ujar Mulyono.

Dua hal inilah yang mengakibatkan suhu di Bandung jauh lebih dingin saat musim kemarau. Selain karena sifat Bumi dalam menyerap dan melepaskan panas, suhu dingin di Bandung juga dipengaruhi elevasi daerah.

Melansir Tribunnews, saat musim kemarau, karakteristik suhunya dingin dan kering. Puncak musim kemarau terjadi pada Agustus-September, sedangkan untuk wilayah Jawa Barat, periode musim kemarau datang pada Juni.

"(Musim dinginnya) dengan terlebih dahulu masuk di wilayah sekitar pantura, kemudian bergerak ke arah selatan," ujar Muhamad Iid.

Suhu dingin di Bandung juga disebut dipengarui kondisi di Australia. Negeri Kanguru itu saat ini seang mengalami puncak dingin hingga September nanti.

Hawa dingin itu terbawa oleh angin pasat tenggara atau angin timuran dari Australia.

"Ketika musim kemarau angin bertiup yang melewati Jawa Barat, itu angin pasat tenggara atau angin timuran dari arah Benua Australia sehingga suhunya relatif lebih dingin dibandingkam musim hujan," ujar Muhamad Iid.

Lebih lanjut ia menjelaskan, ada faktor lain yang menyebabkan suhu dingin di Bandung terjadi.

Muhamad Iid mengatakan, suhu dingin di Bandung juga dipengaruhi oleh masih adanya kelembapan pada ketinggian permukaan hingga 1,5 km di atas permukaan laut yang relatif lembab.

"Sehingga pada sore hari masih terlihat adanya pembentukan awan tetapi di ketinggian 3 km di atas permukaan laut yang relatif kering sehingga potensi awan yang terbentuk untuk terjadi hujan relatif kecil," ujar Muhamad Iid.

Kondisi itu, lanjutnya, berdampak pada kelembaban dari malam hingga pagi hari yang menambah kondisi suhu udara menjadi dingin.

Baca juga: Apa yang Terjadi Pada Tubuh Jika Minum Air Dingin saat Cuaca Panas?

Bukan hanya Bandung, daerah lain mulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan, hingga Nusa Tenggara Timur juga merasakan suhu dingin pada malam hari.

"Seperti Ruteng di NTT, suhu malam hari di sana bisa mencapai 12 derajat celsius," ungkap Mulyono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com