Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laku Miliaran Rupiah, Sejak Kapan Burung Merpati Diminati Penghobi?

Kompas.com - 02/07/2019, 18:35 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis


KOMPAS.com - Robby, seorang penghobi burung, rela menggelontorkan mahar senilai Rp 1 miliar demi mendapatkan Jayabaya, burung merpati juara idamannya.

Robby bukan satu-satunya penghobi yang mau membayar mahal demi seekor burung. Sejauh ini, burung merpati balap paling mahal adalah Armando (Belgian racing pigeon) yang nilainya 1,4 juta dollar atau lebih dari Rp 19,7 miliar.

Namun sejak kapan burung merpati begitu diminati oleh para penghobi, hingga mereka rela mengeluarkan banyak uang? Apakah burung merpati ini dari jenis tertentu sehingga harganya mahal?

Mohammad Irham, peneliti ekologi dan sistematika burung dari LIPI mengatakan, burung merpati yang saat ini banyak dipelihara adalah merpati domestik Rock Dove (Columbia livia).

Burung merpati yang berasal dari Eropa ini kemungkinan besar didomestikasi atau dijinakkan sekitar 5.000 sampai 10.000 tahun lalu di wilayah Mediterania.

Baca juga: Terjual Rp 1 Miliar, Kenapa Burung Merpati Bisa Sangat Mahal?

"Saat ini banyak sekali burung merpati yang dikembangbiakkan dari Columba livia sebagai hasil dari proses penjinakan," ujar Irham kepada Kompas.com, Selasa (2/7/2019).

Tujuan pemeliharan merpati ada banyak, antara lain pemanfaatan daging untuk diolah sebagai makanan, penampilan, dan perlombaan khususnya performa terbang.

Umumnya, seleksi performa terbang meliputi kemampuan merpati untuk kembali ke lokasi asal dan kecepatan terbang.

Performa terbang ini tidak hanya dalam keadaan terbang normal, tetapi juga pola-pola terbang tertentu.

"Merpati merupakan burung yang cerdas dan memiliki kemampuan navigasi yang baik, sehingga mereka dapat kembali ke tempat asal atau dilatih untuk menuju tempat tertentu tanpa tersesat. Oleh karena itu merpati dapat digunakan untuk pengantar pesan (messenger)," imbuh Irham.

Terkait dengan kemampuan terbang, Irham menjelaskan merpati dapat menempuh jarak lebih dari 1000 km/hari dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam.

"Kalau berbicara komersialisasi merpati, mungkin sudah terjadi sejak burung ini berhasil di domestikasi," ujar dia.

Irham memperkirakan, merpati balap sudah diperjualbelikan sejak awal abad ke-19. Hal ini terutama dilakukan orang Eropa, khususnya Belgia dan Inggris.

Baca juga: Alasan Merpati Mau Terbang Berkelompok, meski Lebih Melelahkan

Seperti dijelaskan dalam artikel sebelumnya, semakin burung merpati mengukir banyak prestasi, maka semakin mahal harganya.

Ditambah lagi, induk merpati juara diyakini akan menjadi indukan berkualitas dan melahirkan bibit unggul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau