Gempa yang terjadi di Laut Banda ini diperkirakan terjadi akibat deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan geser.
Meski terjadi dalam kurun waktu yang hampir berbarengan, namun kedua gempa ini tidak saling berkaitan dan disebabkan oleh aktivitas tektonik yang berbeda.
Dwikorita menjelaskan bahwa masing-masing gempa memang memiliki riwayat gempa dengan frekuensi tinggi sebelumnya.
“Untuk sementara, berdasarkan informasi yang kami kumpulkan, kami menyimpulkan tidak ada hubungan antara keduanya,” ujarnya.
Hingga saat ini, belum ada laporan mengenai dampak dan kerusakan yang ditimbulkan oleh kedua gempa tersebut.
BMKG menghimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak mudah percaya pada informasi yang beredar dan bersumber dari selain BMKG.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.